Senin, 15-09-2008 | 01:23:19
MATAHARI mulai di telan bumi. Senja pun datang. Deretan truk batu bara yang berada di Jalan Lingkar Selatan makin panjang. Mereka menunggu malam, bertepatan dengan waktu diizinkan masuk wilayah Kota Banjarmasin.
Deretan truk berbaris membelah jalan. Bagian tengah jalan sengaja disisakan bagi kendaraan lain yang berlalu lalang. Perlu kesabaran untuk melintasi ‘lorong’ yang tersisa itu.
Aktivitas ini terjadi setiap hari. Artinya, setiap hari pula di kawasan Mantuil dan Pelambuan Banjarmasin betabur debu batu bara. Meski batu bara yang menumpuk di bak truk telah ditututpi terpal, tetap saja debunya terbang.
Lihat saja di Jembatan Mantuil yang menjadi penyangga truk-truk batu bara melintas. Debu batu bara menumpuk tebal di jembatan itu. Bahkan menjadi lengket karena terkena guyuran hujan. Terkesan kotor.
Masyarakat harus bersabar. Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Ariffin berjanji, pada 2009 nanti, jalan umum akan terbebas dari aktivitas truk batu bara.
Tapi tanda-tanda janji itu akan terwujud belumlah kelihatan nyata. Sebab, infrastruktur untuk jalur itu masih tahap pembangunan dan masyarakat tak tahu kapan selesainya.
Masyarakat Banjarmasin pun bertanya-tanya, kalau jalur itu sudah jadi, apakah stockpile di Pelambuan akan dipindah? Tak ada yang menjawab permasalahan ini. Pemerintah Kota Banjarmasin pun terkesan kurang peduli terkait masalah ini.
Kalau sekarang pemerintah baru bisa janji, sudah sewajarnya pemerintah menyampaikan perkembangan dari realisasi janji itu sendiri. Jangan dibiarkan masyarakat menghirup debu batu bara, yang bisa memicu penyakit. Toh pemerintah belum bisa mewujudkan pengobatan yang benar-benar gratis.
Sebaiknya sesekali, para pejabat melihat langsung aktivitas warga Pelambuan berjuang melawan debu batu bara. Mereka menyiram jalan, mencuci ulang pakaian yang hampir kering dan menutup rapat semua makanan yang ada di rumah.
Atau kalau perlu, bertamu ke rumah salah satu warga. Lihat sendiri betapa kotornya peralatan dapur mereka. Kotor penuh debu batu bara.
Tak lupa minta catatan jejak rekam penyakit warga yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Kemudian yang tak kalah penting, dengarkan keluh kesah mereka.
Sebagai panglima di daerah, seorang gubernur maupun walikota tentu bangga melihat masyarakatnya hidup tenang dan sehat. Untuk itu, genjot terus upaya memindah jalur batu bara ke jalan khusus, dan memindah stockpile dari permukiman warga. (*)