Jumat, 30-05-2008 | 00:45:15
• 50 Persen Sungai Keruh
• Pinggiran Riam Kanan Longsor
BANJARBARU, BPOST - Pertambangan batu bara telah menghancurkan sumber daya alam di Kalsel. Aktivitas pertambangan terbuka yang telah menghabiskan tutupan lahan mengancam keberadaan daerah aliran sungai (DAS).
Akibatnya, saat hujan kondisi DAS Barito yang membelah daerah-daerah di Kalsel cukup mengkhawatirkan. Debit air yang melimpah tidak dapat tertampung lagi, sehingga DAS semakin menyempit setelah terpengaruh longsoran atau erosi tanah dari atas lahan yang sudah ditambang.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Barito di Banjarbaru, Eko Kuncoro menganalisa, kian gencarnya sistem tambang terbuka di Kalsel telah terbukti mengganggu keseimbangan DAS yang berfungsi sebagai lalu lintas air dan sistem pengairan.
Secara kasat mata, ungkap Eko tampak sepanjang DAS di Kabupaten Tanah Laut sampai Kotabaru, airnya keruh. "Ini jelas akibat pertambangan terbuka di atasnya sehingga terjadi erosi. Kalau hujan terus menerus seperti ini, maka bukan tidak mungkin banjir selalu mengancam," tandas Eko.
Dikatakan, sekitar 50 persen DAS di Kalsel airnya sudah keruh, karena pengaruh kegiatan pertambangan terbuka yang menimbulkan erosi. Dilihat dari spot-spot kekeruhan air, sebut Eko, sangat dimungkinkan kondisi penggundulan hutan sudah sangat kritis. Ini menambah kekritisan lahan di Kalsel yang sudah melebihi 31.476.465,78 hektare (data lahan kritis 2003).
Tidak Pernah Jernih
DAMPAK penambangan dirasakan warga di sepanjang aliran Sungai Riam Kiwa, Kabupaten Banjar. Air sungai yang seharusnya bening di musim kemarau, tetap saja keruh.
"Hampir sepanjang tahun air keruh, tidak pernah bening walaupun musim kemarau," tutur Kepala Desa Jati Baru, Mahlan, Kamis (29/5). Meski demikian warga masih memanfaatkan aliran sungai di pinggir desa untuk keperluan sehari-hari.
Mengenai keruhnya air sungai, Menurut Kades hal itu disebabkan penambangan intan dan emas yang berada di atas. "Penambangan di Pegunungan Meratus juga melalui Sungai Riam Kiwa," katanya.
Dia mengakui di sepanjang sungai itu memang terjadi erosi. Tidak adanya pohon yang berfungsi menahan air menyebabkan longsor. Bahkan longsornya telah melebarkan sungai hingga enam meter.
"Saat banjir, lebar sungai semakin besar karena terjadi erosi dan pendangkalan. Saat ini, beberapa rumah posisinya sudah di daerah rawan longsor," ungkapnya. (esy)
Lahan Kritis di Kalsel :
Kabupaten Lahan Kritis (Ha)
Tabalong 347.589,4
HSU 26.403,03
Balangan 184.607,3
HST 79.040,26
HSS 126.243,4
Tapin 214.772,6
Banjar 395.805,1
Banjarbaru 33.799,57
Batola 105.467,3
Tanah Laut 324.379,7
Tanah Bumbu 467.073,2
Kotabaru 836.539,2
Banjarmasin 5.798,309
Total 3.147.464,578
Sumber : BP DAS Banjarbaru
Potensi banjir yang mengkhawatirkan ada di DAS Kintap di Tanah Laut, serta Riam Kanan dan Kiwa Kabupaten Banjar. Jika intensitas hujan tinggi, bisa dipastikan tiga DAS tersebut akan meluap.
Khusus DAS Kintap, meluapnya sungai sampai meluber ke luar DAS karena pendeknya aliran di kawasan itu, sehingga aliran air lambat turun. Selain itu, tidak adanya tutupan berupa vegetasi di atas lahan yang diguyur hujan turut andil menipiskan penahanan air.
Bukan tidak mungkin kapasitas penahan air di kawasan ini tak mampu lagi berfungsi maksimal. Ini mengingat luas DAS Kintap hanya 74.452,68 hektare. Jika dibandingkan dengan DAS lain seperti di Hulu Sungai yang mencapai 173.970,08 pergerakan takaran hujan itu lah yang menyebabkan air terus bertambah. (niz)