Jumat, 25-04-2008 | 00:40:30
BANJARBARU, BPOST - Lubang bekas galian tanah akibat aktivitas pertambangan di Banjarbaru sudah kerap menelan korban jiwa. Namun, Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup (Distam LH), belum memiliki solusi pemanfaatan kubangan itu.
Bahkan instansi itu tak memiliki data yang akurat tentang lokasi dan jumlah kubangan yang menyerupai danau-danau kecil tersebut.
“Tapi kita sudah memantau titik galian mana saja yang berpotensi mengancam keselamatan warga. Nanti diadakan pendataan. Kita juga berharap ada tambahan informasi dari warga,” kata Kepala Distam LH Banjarbaru Burhanuddin, Rabu (23/4).
Menurutnya, sesuai aturan pertambangan, tanah yang sudah digali ada kewajiban reklamasi sehingga lingkungan tetap terpelihara. “Awal membuka galian, sudah ada perjanjian kewajiban reklamasi di bekas galian. Tapi, kewajiban itu ternyata tak dijalankan sehingga menyisakan permasalahan seperti sekarang,” kata Burhanuddin.
Setelah melakukan pendataan, Distam LH selanjutnya mencari solusi penanganan tepat pada bekas galian tersebut. “Tindakan utama mencegah bertambahnya korban tenggelam di danau eks galian itu. Lebih baik lagi, eks galian itu mendatangkan manfaat warga sekitar. Ini yang kita cari bentuk solusinya,” tambahnya.
Kabid Pertambangan dan Energi Distam LH Banjarbaru Asnawi menambahkan, lubang-lubang sudah ada sejak lama dan mereka kita tidak tahu siapa penambangnya.
“Jadi kita bingung bagaimana penanganannya. Penambangnya siapa, kita tidak tahu. Lahannya juga kita tidak tahu milik siapa,” kata Asnawi. Berdasarkan catatan, lebih sepuluh warga tewas di bekas beberapa lubang bekas galian itu.
Terakhir, Dedi (18), bujangan asal Trenggelek, Jatim. Dia tenggelam di eks galian tanah Telaga Sopal, Jalan Trikora RT 34 Sidomulyo Raya Ujung, Landasan Ulin Timur.
Dua bulan lalu terpisah jarak 1 km, di titik eks galian C lainnya, Peramuan Ujung, Landasan Ulin Timur, juga ada korban tenggelam, yaitu Hanafi alias Nafi (23) warga Jalan Trikora Km 24 RT 12 RW 5 Landasan Ulin Timur. Kedua titik eks galian ini berada di sekitar permukiman.
Anang, warga Peramuan Ujung berharap pemko mencarikan solusi agar peristiwa itu tak terulang lagi. (MTB/sar)