Minggu, 16-03-2008 | 00:40:20 | |
BPOST yang mengikuti tim selama dua hari di Kotabaru sempat menemui warga di sekitar areal tambang Sepapah. Beberapa warga mengakui masih ada aktivitas penambangan setelah PT AI angkat kaki tak melakukan eksploitasi lagi. Bagi masyarakat, dampak yang masih terasa ialah masih tercemarnya sungai Sepapah. Mulyadi, sekdes setempat mengatakan lebih dari 300 jiwa atau sekitar 77 Kepala Keluarga (KK) yang menjadi warganya tak lagi bisa mempergunakan air sungai tersebut untuk diminum. Airnya yang kembali keruh membuat warga lebih memilih memanfaatkan air sumur untuk minum dan hanya sesekali MCK di sungai. "Mandi juga jarang di sungai. Air itu kata orang kita hanta. Sabun saja tidak berbuih," timpal Saniis, seorang warga seraya meminta, agar tidak ada lagi kegiatan pertambangan di desanya. Tidak ada perubahan yang signifikan selain perubahan lingkungan yang mereka rasakan termasuk pencemaran sungai Sepapah. Kehidupan sosial warga masih jauh dari layak. Fasilitas penting seperti listrik yang banyak disuplai dari energi batu bara yang dikeruk dari tanah mereka tak mereka rasakan. Begitu pula dengan sekolah. Anak-anak Desa Sepapah harus berjalan selama satu jam menempuh jarak sejauh dua kilometer untuk menuju sekolah Dasar di Sungai Betung. Untuk berobat, hanya ada sunatan masal yang dilakukan perusahaan pertambangan secara temporer. (niz) |
Kumpulan kliping WALHI Kalsel yang bersumber dari berbagai media massa di Kalimantan Selatan dengan issue pertambangan.