Sabtu, 16-02-2008 | 01:30:29
TULUNGAGUNG, BPOST - Akibat diterjang gelombang besar serta empasan angin kencang sejak Selasa (12/2) kemarin, sebuah kapal tongkang bermuatan batu bara seberat 13 ribu ton dari Banjarmasin dengan tujuan PLTU Cilacap, Jateng terdampar di selatan Teluk Popoh Desa Besole, Tulungagung, Jatim.
Kapal dengan nomor lambung TJA 285 dan berawak kapal 10 orang termasuk nahkoda ini, merapat di antara perahu nelayan yang bersandar sekitar lima kilometer dari garis pantai. Sebab dengan berada disana, kapal akan terhindar dari amukan gelombang besar yang langsung pecah ketika masuk Teluk Popoh.
Menurut keterangan Slamet, salah seorang warga Popoh, peristiwa terdamparnya kapal pengangkut batu bara itu sempat mengejutkan para nelayan. Sebab, di tengah cuaca buruk, angin kencang, dan ombak besar dari kejauhan nelayan melihat kapal tongkang menyeret kapal lain berukuran lebih besar yang di dalamnya mengangkut gundukan warna hitam. Kapal ini bergerak ‘terseok-seok’ mendekati arah pantai.
"Setelah kami lihat lebih dekat ternyata kapal pengangkut batu bara yang bersandar setelah dihantam ombak besar," ujar Slamet, Jumat (15/2).
Dikatakannya, peristiwa ini bukanlah yang kali pertama. Sekitar pertengahan 2007 lalu, sebuah kapal pengangkut batu bara juga memutuskan berlindung di Teluk Popoh setelah dihantam gelombang besar.
Dari pantauan di lapangan cuaca di perairan selatan masih terlihat buruk. Gelombang laut bergulung dengan ketinggian sekitar 2-3 meter. Volume air yang lebih banyak membuat garis pantai tidak terlihat sama sekali. Tidak hanya itu. Hujan disertai angina kencang juga terus mengguyur. Beruntung saat merapat, kapal batubara ini tidak menbrak ratusan perahu nelayan yang sedang bersandar.
"Akibat cuaca buruk ini para nelayan sudah sekitar sepekan lebih tidak berani melaut," tuturnya.
Sang Nahkoda, Werlif Manupe mengatakan, kapalnya berangkat dari Banjarmasin pada 2008 lalu. Sesuai jadwal, tandas warga Sulawesi ini, kapal seharusnya sampai ke PLTU Cilacap pada 11 Pebruari 2008. "Karena cuaca sangat buruk ini perjalanan kami terhambat," tuturnya.
Werlif mengatakan, sebelum terdampar di Teluk popoh, kapal sudah memasuki wilayah perairan Pacitan, Jatim. Namun, ketika hendak melanjutkan perjalanan, cuaca laut semakin buruk ditambah gelombang tinggi.
"Kita tidak berani berspekulasi mengambil resiko dengan meneruskan perjalanan. Karena bisa-bisa muatan kami tumpah," katanya. (okz)