Kamis, 24-01-2008 | 00:50:25
• Investor Kalsel Harus Tetap Waspada
BANJARMASIN, BPOST - Anjloknya nilai rupiah akibat bergejolaknya perekonomian Amerika Serikat, dimanfaatkan pengusaha tambang untuk mendulang untung.
Mereka berlomba menjual dolarnya ke tempat penukaran uang (money changer), sehingga pembelian uang negeri Paman Sam tersebut meningkat dari 20 ribu dolar pada hari biasa menjadi 30 ribu dolar atau naik 50 persen. "Yang banyak menukar dolar itu para pengusaha tambang, bisa sampai 30.000 dolar. Tapi, kalau persediaan dolar kami tidak cukup, bisanya kami transfer ke rekening," ungkap Fatmawati, staf money changer PT Haji Latunrung, Rabu (23/1).
Selain dolar, paparnya, penjulan mata uang Riyal juga mengalami peningkatan signifikan, terutama oleh warga Kalsel yang baru pulang dari berhaji.
Berbeda dengan kondisi di PT Arta Money Changer, di penukaran uang asing ini malah penjualan mata uang Riyal Arab Saudi meningkat hingga 30-50 persen.
"Nasabah yang bertransaksi didominasi oleh perorangan, terutama tamu hotel dari kapal-kapal asing serta orang asing yang berusaha di sini, sedangkan corporate hanya sekitar 25 persenya saja," ujarnya.
Ditambahkannya, kondisi yang bagus bagi pedagang valuta asing adalah, harga rupiah yang fluktuasinya antara 25-50 poin. Apabila lebih dari 100 poin, malah tidak menguntungkan, karena keuntungan dari selisih harga bisa lebih kecil.
Sementara itu, di Pojok Bursa Efek (BEJ) Fakultas Ekonomi Unlam, beberapa mahasiswa dan dosen asyik mengikuti perkembangan saham yang turun naik.
Edi, Mahsiswa Fakultas Ekonomi mengatakan, kondisi rupiah yang kurang stabil saat ini, membuat dia mulai aktif kembali untuk bermain saham.
Diungkapkan Edi, saat ini sangat cocok untuk pemain saham harian. "Kalau rupiah tidak stabil, saham harian bisa menguntungkan. Tapi tergantung kita memilih saham mana yang menguntungkan, karena kalau salah pilih akan rugi juga," ungkapnya.
Saatnya Beli
Sementara itu, Analis dari PT Mega Capital Indonesia Banjarmasin, Tien Radhina mengatakan, anjloknya harga saham global bisa menjadi momen untuk meraih keuntungan.
Jadi, kata Tien, investor harus bersabar jangan cepat terpancing untuk melakukan pejualan besar-basaran, yang akhirnya rugi. "Gejolak ini sudah biasa, hanya investor di Kalsel harus waspada," kata Tien di kantornya, Rabu (23/1).
"Minimal sampai Imlek, karena laporan perusahaan di Amerika Serikat baru disampaikan setelah hari raya China tersebut," kata Tien.
Kenapa kita tidak perlu khawatir, ucapnya, karena fundamental regional kita lagi bagus, jadi ekonomi kita masih tahan menghadapi terpaan dari luar. "Malah, kalau menurut saya saat ini adalah saat untuk membeli saham, karena harga saham lagi didiskon besar-besaran," saran dia.
Ucapan yang sama juga dilontarkan, Operation Manager PT Bank Mandiri Banjarmasin, Belman S Anggen SE. Menurut dia, saatnnya untuk beli saham, pasalnya apabila momen ini tidak diraih, maka kesempatan untuk membeli saham murah akan sulit didapatkan.
"Saya rasa inilah saatnya bagi investor atau pengusaha di daerah ini untuk membeli saham, khususnya saham bluechip seperti Mandiri. Karena harganya lagi turun," kata di kantornya, kemarin (23/1).
Karena, jelas Belman, Saham Mandiri adalah saham bagus, kinerja keuangan Mandiri juga bagus. NPL rendah dan labanya tersebesar di antara bank di Indonesia. "Turunnya harga saham Mandiri ini, bukan faktor internal melainkan karena kondisi ekonomi AS yang lagi resesi," ucapnya. Dengan kondisi itu, lanjut dia, saham Mandiri akan cepat pulih dan dalam beberapa hari akan naik ke menjadi 4.000. tri/ff