Minggu, 07-10-2007 | 01:48:44
BANJARBARU, BPOST - Kerusakan alam akibat sektor pertambangan baik klasifikasi galian C sampai pertambangan skala besar seperti bijih besi dan batu bara kian parah
Pantauan BPost, ke lokasi pertambangan mulai kawasan pendulangan intan Cempaka Kota Banjarbaru sampai ke wilayah Taman Hutan Rakyat (Tahura) Sultan Adam Karang Intan Kabupaten Banjar sampai perbukitan di daerah Awang Bangkal, pegunungan tak lagi terlihat indah.
Hamparan hijaunya nyaris tak terlihat. Sebaliknya, sejauh mata memandang tampak bekas tambang dengan lubang-lubang menganga bekas pendulangan. Di kawasan Awang Barat itu tak lagi hijau.
Pegunungan yang disebut warga Patra Bulu permukaannya terkelupas. Udara segar di sana sudah berganti hawa panas dan gersang. Sementara di sekitarnya kerap terlihat alat berat yang tengah beraktivitas mengeruk kekayaan alam.
Di bawahnya tampak jejeran truk. Sesekali, alat berat menumpahkan congkelannya yang tak lain bahan tambang, ke alat angkut. Visualisasi kerusakan alam ini kian terasa saat melihat aliran sungai di bawah pegunungan yang telah ditambang.
Sungai Riam Kanan di Awang Bangkal misalnya, terlihat dangkal. Sungai tepat di bawah jembatan ini berubah menjadi daratan. Lebih dari sekitar 100 meter air yang seharusnya mengalir di sepanjang sungai ini, tak terlihat.
Hanya terlihat pasir dan tanah di sungai itu. Rupanya, longsoran dari atas pegunungan yang rusak akibat pertambangan telah mengurangi lebar dan kedalaman sungai. Warga sekitar mengakui, perbedaan mencolok terlihat saat musim hujan dan kemarau.
Aliran sungai baru itu terlihat normal saat awal hujan mengguyur. Namun lama kelamaan hujan yang membawa longsoran dari atas pegunungan yang telah ditambang, mendangkalkan sungai. Sebaliknya, saat musim kemarau sungai menjadi kering.
Camat Karang Intan Yahmi Yadi tak menampik adanya potensi pendangkalan pada sungai itu, terutama saat kemarau. niz