Senin, 26 November 2007
Radar Banjarmasin
BANJARMASIN – Polemik stockpile yang keberadaannya di sekitar pemukiman warga Pelambuan, Kecamatan Banjarmasin Barat sudah berlangsung lama. Instansi terkait tidak konsisten untuk memindahnya.
Hal itu disampaikan pengamat dan pakar perkotaan, Bachtiar Noor Gradiff. Menurutnya, wacana batubara dan stockpile-nya tidak ada lagi di kota sudah lama dilempar, tapi sampai saat ini belum direalisasikan. “Pemindahan stockpile sudah lama diwacanakan, tapi sampai saat ini tak konsisten dilaksanakan,” kata Bachtiar.
Salah satu contoh terhadap wacana itu adalah rencana pemindahan dan pembangunan stockpile dari Pelambuan ke kawasan Basirih. Bahkan, dana pemindahan dan pembangunan sebagian sudah dipungut dari aktivitas batubara yang masuk ke Kota Banjarmasin. Namun sampai saat ini belum terlihat kekonsistenan untuk merealisasikannya.
Ketika dampak stockpile kembali mencuat, berbagai wacana pun kembali pula dilempar. “Ketika ribut berbagai wacana dimunculkan, tetapi ketika sunyi, sunyi pula terhadap wacana itu,” ujar Bachtiar.
Menurutnya, keberadaan stockpile di kawasan Pelambuan itu sudah sangat tak layak lagi. Berbagai dampak ditimbulkan seperti dampak lingkungan, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya. Bahkan warga yang merasa kenyamanan hidupnya terganggu, berani bertindak sendiri dengan menutup jalan yang dilintasi truk angkutan batubara.
Tak ayal, beraninya warga bertindak ini dinilai Bachtiar karena pemerintah tak memiliki power terhadap aktivitas batubara masuk ke Kota Banjarmasin. Jika pemerintah memiliki power, tak mungkin warga sampai menutup jalan umum.
“Ribut-ribut soal jalan yang dilintasi angkutan batubara, pemerintah tak bisa menyelesaikannya. Akibatnya, warga menutup sendiri jalan umum yang dilintasi angkutan batubara itu seperti di kawasan Jalan Jafri Zam-Zam maupun Pelambuan beberapa waktu lalu. Hal ini menandakan pemerintah tidak memiliki power,” tegasnya.(yha)