Sabtu, 1 September 2007
BANJARMASIN – Kekayaan alam Indonesia benar-benar kaya. Begitu habis masa booming kayu yang ditandai pemerosotan jutaan luasan hutan per tahun, kini negeri ini tercatat sebagai produsen batubara terbesar di dunia. Malah, untuk komoditi batubara termal, Indonesia tercatat sebagai eksportir nomor 2 di dunia.
Hal itu diungkapkan Presiden Komisaris PT Bumi Resources Suryo B Sulisto saat berada di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, belum lama tadi. Menurut dia, Indonesia merupakan negara dengan kandungan batubara termal terbesar di dunia.
“Dari kebutuhan akan produksi batubara dunia sebesar 700 juta ton pertahun, Indonesia memasok 150 juta ton pertahun diantaranya,” kata Suryo. Berdasarkan data itulah, ia berkeyakinan emas hitam akan tetap menjadi komoditi produk tambang unggulan bagi Indonesia.
Keyakinan ini ditambah kebutuhan salah satu negara importir batubara di dunia, India, yang memerlukan 100 juta ton per tahun hingga 2010 nanti. Belum lagi permintaan pasar domestik di Indonesia yang pertahunnya membutuhkan 20 juta ton hingga tahun yang sama; 2010.
“Nah, untuk memenuhi pasar domestik ini saja, kita masih belum mampu. Makanya, komoditi batubara Indonesia ini akan menjadi produk unggulan untuk menambah devisa,” terang Suryo.
Apalagi, Indonesia memiliki berbagai macam keunggulan dibanding negara eksportir batubara di dunia. Katakanlah dengan Australia dan India sendiri. Menurut Suryo, biaya produksi batubara Indonesia lebih rendah dibandingkan Australia maupun India, dua negara yang juga pengekspor batubara dunia.
Keunggulan lainnya, jarak Indonesia dengan pasar batubara dunia tidak terlalu jauh. Dampaknya, ongkos yang diperlukan menuju pasar lebih rendah dibandingkan Australia dan India.
Fakta inilah, jelas Suryo, yang membuat Aburizal Bakrie mengakusisi PT Bumi Resources. Dengan memiliki saham terbesar Bumi Resources, Aburizal Bakrie mencoba intens pada pasar ekspor batubara Indonesia. “Tentu saja tanpa mengesampingkan corporate social responsibility-nya,” ujarnya. (ddn)