Monday, September 10, 2007

Stockpile Bisa Ditutup

Wednesday, 22 August 2007 02:15:12

BANJARMASIN, BPOST - Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Banjarmasin, Rusmin berjanji hari ini, Rabu (22/8), melakukan konsultasi dengan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), terkait bahaya debu batu bara di Pelambuan.

"Besok (hari ini), kami akan melakukan konsultasi dengan pihak Unlam terkait hasil penelitian yang mereka lakukan. Izin operasi stockpile di Pelambuan akan habis akhir 2008. Penelitian ini bisa kita jadikan bahan pertimbangan, apakah tetap diberi kesempatan sampai habis masa berlaku izinnya stockpile itu atau tidak," kata Rusmin kepada BPost, kemarin.

Seperti diwartakan, berdasar penelitian pakar mikrobiologi Unlam, Dr Ir H Abdul Hadi MAgr, debu batu bara di Pelambuan mengandung 27 logam berat.

Penyakit ISPA, diare membelit warga. Dan dampak terburuk dari debu batu bara adalah kematian. Usia harapan hidup orang yang terbiasa menghirup debu batu bara, diprediksi akan terkurangi antara lima sampai 10 tahun.

"Kami sudah pernah mengirimkan nota dinas kepada walikota yang isinya menyarankan agar Pemko Banjarmasin membuat surat peringatan dan teguran tertulis, melakukan pertemuan dengan pengusaha stockpile serta menutup stockpile, setelah izin operasinya tidak diperpanjang," katanya.

Sementara itu, berdasar penjelasan Kepala Puskesmas Pelambuan drg Rony, penyakit ISPA dijadikan indikasi pencemaran udara akibat debu batu bara masih sulit dibuktikan.

"Dari 26 puskesmas yang ada di Banjarmasin, hampir seluruhnya menempatkan ISPA menjadi kasus penyakit terbanyak yang ditemukan," katanya.

Diungkapkannya, ISPA kebanyakan lebih disebabkan karena virus atau bakteri yang menyerang sistem kekebalan tubuh, yang gejalanya ditandai dengan batuk serta pilek.

"Kami memang belum pernah melakukan penelitian khusus terkait masalah kadar pencemaran udara sebab hal itu bukan kewenangan kami. Tapi kalau dikaitkan antara tingginya jumlah penderita ISPA dengan keberadaan stockpile di sini kami belum sependapat. Berdasarkan data terdahulu saat stockpile belum beroperasi, ISPA sudah menempati posisi pertama sebagai kasus yang paling banyak terjadi," tukasnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin untuk tahun 2006, ISPA menempati posisi pertama penyakit yang paling banyak terjadi di Banjarmasin dengan 66.551 kasus disusul hipertensi 25.975 kasus.ck6