Saturday, 21 July 2007 01:30
BANJARBARU, BPOST - Risiko kecelakaan di pertambangan Kalimantan Selatan (Kalsel) tergolong tinggi. Setidaknya, dalam setahun ada saja korban meninggal dunia saat melakukan aktivitas tambang.Kepala Dinas Pertambangan Ali Muzanie, saat pengukuhan Kepala Teknik Tambang di Aula Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kalsel, Selasa (17/7) mengatakan, kecelakaan selama dua tahun terakhir, menimbulkan korban jiwa.
Selama 2006 ada 23 kecelakaan di areal pertambangan, lima diantara korbannya meninggal dunia. Sisanya, mengakibatkan pekerja cedera berat. Tahun 2007, ada empat korban meninggal dan delapan orang mengalami luka berat.
Jumlah kecelakaan tersebut, belum termasuk yang tak terdata di Distamben Kalsel. Catatan BPost, 2 Juli 2007, Haris Susanto (21) operator alat berat PT Supandi Harum Persada (SHP) tewas tertimbun di areal pertambangan. Ia sempat dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banjarbaru.
Mantan Kadistamben Kabupaten Banjar itu mengatakan, secara teoritis dan aplikasinya, perusahaan pertambangan di Banua telah menerapkan faktor keselamatan pertambangan.
Sebanyak 99 persen faktor meminimalkan risiko sudah dikelola, sementara sisanya, satu persen, faktor musibah yang sulit diprediksi. Pengelola perusahaan pertambangan di daerah ini diminta mengecilkan potensi risiko kecelakaan saat bekerja, salah satunya dengan menggiatkan peran kepala teknik tambang.
Diharapkan, seorang kepala teknik tambang yang memiliki kualifikasi dan persyaratan, dikukuhkan secara resmi, lanjut Ali dapat mendorong sikap hati-hati. Pengukuhan dimaksudkan sebagai bentuk tanggungjawab kepala teknik tambang agar bisa mencapai target menghilangkan kecelakaan.
Kemarin, ada empat perusahaan yang mengukuhkan Kepala Teknik Tambang yaitu PT Baramulti Sukses Sarana, PT Sasangga Banua Banjar, PD Baramarta dan PT Yewan Mining. Mereka memikul tanggungjawab besar pada keselamatan selama penambangan. niz