Monday, July 16, 2007

Arutmin Bikin Batu Bara Cair Yang Pertama di Indonesia Investasi 2,1 Miliar Dolar AS

Saturday, 14 July 2007 03:36

JAKARTA, BPOST - Proyek pertama semi komersial pencairan batu bara dibangun di tambang batu bara milik PT Arutmin di Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.

"Baru saja kita putuskan, untuk semi komersial akan kita bangun di Satui, Kalimantan Selatan," ujar Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu bara Departemen ESDM Bukin Daulay dalam jumpa pers di kantor Departemen ESDM, Jakarta, Jumat (13/7).

Dikatakan Bukin, pabrik pencairan batu bara komersial dengan nilai investasi mencapai 1,6-2,1 miliar dolar AS ditargetkan beroperasi 2017. Selanjutnya, guna mencapai target komposisi energi akan dibangun tujuh pabrik yang masing-masing berkapasitas 27.000 barel per hari hingga 2025.

Kebutuhan batu bara untuk pabrik ini akan diambil dari tambang setempat sejumlah 2,5 juta ton per tahun. Pabrik semi komersial yang berkapasitas 13.500 barel per hari ini akan menghasilkan bahan bakar yang lebih murah. Namun mereka hanya memproduksi produk siap jadi.

11 Perusahaan Tergabung dalam PT BCL

o

PT Adaro Indonesia

o

PT Jurong Barutama Greston

o

PT Bumi Resources

o

PT DH Power

o

PT Bayan Resources.

o

PT Ilthabi Bara Utama

o

PT Rekayasa Industri

o

PT Tambang Batubara Bukit Asam

o

PT Berau Coal

o

PT Pertamina

o

AES Asia & Middle East.

Sumber: Kementerian ESDM

Untuk jenis gasoline dan diesel akan dijual dengan harga 35 dolar AS per barel. Produk-produk semi komersial ini akan dibeli seluruhnya oleh Pertamina. "Pertamina bilang, berapapun yang kami ambil," tambah Bukin.

Selanjutnya, jika pabrik tersebut sukses, akan ditambahkan satu reaktor lagi sehingga bisa menambah kapasitas pabrik menjadi 27.000 barel per hari. Dengan kapasitas yang sudah ditambah itu, maka pabrik tersebut akan menjadi pabrik komersial pertama.

Proyek pencairan batu bara ini diprakarsai Puslibang Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu bara dengan konsorsium 11 perusahaan. Selanjutnya, akan dibentuk badan pelaksana bernama PT Brown Coal Liquifaction (BCL) Indonesia.

Studi Kelayakan
Diharapkan Bumi Resources yang merupakan anggota konsorsium akan memimpin konsorsium tersebut. "Kami harap Bumi akan memimpin konsorsium ini," ujarnya.

Tanda-tanda ini diperlihatkan dengan ditunjuknya Senior Vice President Bumi Resources, Kaz Tanaka sebagai Sekjen konsorsium.

Namun Tanaka menyatakan, pihaknya belum membicarakan berapa modal yang akan disertakan di proyek ini. "Masih terlalu dini bagi kami untuk mendiskusikannya. Kami masih akan melihat hasil FS nya," tambahnya.

Ditambahkan Bukin Daulay, studi kelayakan Feasibility Study (FS) pabrik berkapasitas 13.500 barel per hari dengan dana sekitar 1,3 miliar dolar AS tersebut ditargetkan selesai Februari 2008.

"Pembiayaan FS yang diperkirakan mencapai 500.000 dolar AS berasal dari hibah JBIC (Japan Bank for International Cooperation)," katanya. dtc/ant