Saturday, 16 June 2007 01:55:01
KENAPA sisa-sisa batu bara tersebut diburu orang-orang ? Ternyata batu bara sisa tersebut masih memiliki nilai ekonomis. sisa-sisa emas hitam itu dikumpulkan, dimuat dalam karung-karung kecil dengan berat 25 kg hingga 30 kg.
Batu bara yang telah dimuat dalam karung tersebut kemudian dijual lagi ke industri-industri di Pulau Jawa yang menggunakan batu bara kalori rendah sebagai bahan baku penggerak mesin-mesin industrinya. Berbeda dengan batu bara kalori tinggi, pengiriman batu bara karungan menggunakan kontainer.
Selain dikumpulkan dari tongkang, batu bara karungan juga diambil dari tambang. Sama seperti batu bara di tongkang, dari tambang diambil dari sisa-sisa eksploitasi di tambang.
Hamsani, warga Desa Mantuil RT6 Kelurahan Mantuil, Banjarmasin Selatan mengungkapkan, dalam sehari ia bersama dengan 10 anak buahnya mencari sisa-sisa batu bara, paling banyak mendapat keuntungan Rp 20 ribu.
"Saya juga beli dari anak buah, satu karung batu bara Rp 500, kemudian dijual kembali ke pengumpulnya satu karung Rp 1.700," ungkap pria bertubuh kurus ini.
Di Banjarmasin, setidaknya ada 3 pengumpul besar batu bara kalori rendah ini. Masing-masing berlokasi tak jauh dari Jembatan Pelambuan dan Jl PM Noor RT6 serta tak jauh dari Jembatan Basirih.
Dalam pengiriman ke industri di Jawa Timur satu kontainer isi batubara dapat mencapai 500 karung atau sekitar 20 ton, dengan harga per satu kontainernya sekitar Rp6 juta.
"Mungkin persaingan di sini juga cukup ketat, siapa yang duluan dapat naik ke atas tongkang dan mengambil batu bara tersebut, dia yang lebih banyak mendapatkan hasil," kisahnya.
Meski berisiko tinggi, pekerjaan tersebut tetap saja dilakukan lantaran sudah tidak punya pekerjaan lain lagi. "Bisa dibilang kita ini juga sudah cukup lama menganggur, daripada tidak ada kerjaan makanya kita mencari sisa batu bara," imbuhnya.
Tahun lalu, berebut sisa-sisa batu bara ini sempat menimbulkan persoalan. Bukan lagi sekedar membersihkan, ada yang berani menjarah gunungan batu bara di tongkang. yan/dua