Friday, 15 June 2007 03:12
PELAIHARI, BPOST - Krisis listrik benar-benar mengancam warga Kalsel dan Kalteng. Pasokan batu bara ke PLTU Asam Asam sudah terhenti total. Sementara stok yang ada hanya tinggal 1.900 ton.
Hingga Kamis (14/6) sore, PLTU Asam Asam sama sekali belum menerima pasokan batu bara dari empat perusahaan tambang pemasok. Ini akibat meningginya genangan air di lokasi tambang, jalan tambang, maupun jalan ke luar tambang.
Pantauan BPost, air setinggi setengah meter menggenangi jalan tambang PT Jorong Barutama Greston (JBG) di Simpang Empat Asam Asam, yang berjarak tiga kilometer dari jalan raya.
Selain itu, arus airnya cukup deras. Akibatnya, tidak ada sopir yang berani mengambil risiko melintasi genangan banjir tersebut. "Balik kanan saja, genangan di belakang dalam. Kami pun tak berani melintas," kata sopir mobil jenis ranger (double gardan) yang melintas dari arah tambang JBG.
Kondisi yang sama terjadi pada jalan tambang menuju lokasi tambang PT Surya Sakti Darma Kencana (SSDK) di wilayah Kecamatan Kintap. Sekadar diketahui SSDK adalah satu dari tiga pemasok spot (kontrak bulanan) PLTU Asam Asam. Pemasok spot lainnya yaitu PT Alfa Riung Jaya (ARJ) dan Denar Kalimantan Coal (DKC).
Kontrak terbesar pemasok spot adalah SSDK yang mencapai 25 ribu ton, sedangkan ARJ dan DKC masing-masing hanya 5.000 ton. JBG sendiri adalah pemasok utama/tetap (longterm) dengan kontrak 300 ribu ton setahun.
Manager PLTU Asam Asam, Ir Krishna Mulawarman mengatakan, stok batu bara yang ada di stockpile hanya 1.900 ton pada posisi Kamis (14/6). "Sejak pukul 00.00 Wita hingga siang ini (kemarin, Red), belum ada yang masuk," ujar Krishna.
Seretnya pasokan batu bara itu memaksa PLTU Asam Asam menurunkan daya menjadi 90 MW dari kapasitas terpasang 130 MW. Langkah ini sebenarnya sangat tidak dikehendaki, karena selain berimplikasi pada pemadaman, juga memboroskan pemakaian batu bara.
Jika stok batu bara habis dan pasokan belum juga ada, maka terpaksa menggunakan BBM (solar).
"Namun ini hanya maksimal menghasilan 13 MW per satu unit pembangkit," jelas Krishna.
Sementara itu, Manager Pembangkitan PT PLN Kalselteng Ir Dwi Priyo Basuki mengatakan, pihaknya terpaksa mengurangi daya 100 MW atau sekitar 50 persen dari total beban 250 puncak MW. roy