Selasa, 1 Mei 2007
Radar Banjarmasin
BANJARMASIN – Besarnya dampak negatif yang dirasakan masyarakat Banjarmasin akibat lintasan truk angkutan batubara, membuat Walikota Banjarmasin HA Yudhi Wahyuni berencana menutup stockpile di kawasan Pelambuan.
Meski demikian, berbagai protes dan desakan muncul dari berbagai elemen masyarakat untuk penuntasan permasalahan angkutan batubara yang masuk Ibukota Kalsel ini terus bermunculan. Terutama soal ketegasan Walikota menutup stockpile tersebut.
Pasalnya, keberadaan stockpile di Banjarmasin ini relatif sangat dekat dengan pemukiman warga. Dan, karena untuk menuju stockpile tersebut harus melintasi jalan negara, otomatis masyarakat setempat maupun sebagai pengguna jalan merasa sangat terganggu dengan aktivitas angkutan dan keberadaan stockpile tersebut.
“Meski sangat merugikan bagi masyarakat Kota Banjarmasin, Walikota Yudhi Wahyuni sama sekali tidak mengambil sikap tegas yang berpihak pada kepentingan masyarakat,” ujar Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Banjarmasin, Ihsan Rahmani, kemarin.
Baginya, akar permasalahan dari angkutan batubara itu sangat tergantung pada keberadaan stockpile itu sendiri. “Harusnya, kalau memang akar permasalahannya adalah keberadaan stockpile di Banjarmasin Barat yang berada tak jauh dari pemukiman warga, Walikota selaku pimpinan tertinggi di Kota Banjarmasin ini berani mengambil sikap tegas, menutup keberadaan stock pile itu,” desak Ihsan.
Begitu pula dengan Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Kalsel Fadli SSos berpendapat, dampak kesehatan bagi masyarakat Kota Banjarmasin tidak bisa dinilai normatif. Sebab, meskipun besarnya kontribusi PAD truk batubara dan stockpile jauh lebih besar dari pada perbaikan infrastruktur di Kota Banjarmasin ini, kesehatan masyarakat yang bisa terkena gangguan pernafasan tidak bisa ditolakukurkan dengan kontribusi tersebut.
“Bahaya kesehatan yang jelas bisa dimunculkan akibat adanya angkutan batubara adalah penyakit ispa. Dampak ini tentunya terlalu naif jika dinilai dengan rupiah atau kontribusi PAD. Apalagi jika kontribusi keberadaan stockpile dan angkutan batubara di Banjarmasin ini sangat minim atau tidak sebanding dengan pengeluaran daerah,” tandasnya. (dla)