Kamis, 08 Maret 2007
Palangkaraya, Kompas - Taman Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, dirambah penambang liar emas dan zirkon. Perambahan di dalam taman nasional seluas 415.040 hektar itu diperkirakan berlangsung sejak awal tahun ini.
Sebelumnya, penambang liar berada di luar kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Para penambang dapat dengan leluasa merambah karena TNTP hanya diawasi 15 petugas.
"Mungkin mereka merangsek ke dalam kawasan karena deposit di luar sudah menipis," kata Kepala Operasi Satuan Polisi Hutan Reaksi Cepat (Sporc) Kalimantan Tengah (Kalteng) Slamet, Rabu (7/3).
Bagian TNTP yang dirambah adalah wilayah Aspai, Pangkalan Limau, dan Danau. Ketiga lokasi itu merupakan bagian dari alur Sungai Sekonyer. Untuk mencapai lokasi itu, diperlukan waktu tiga hingga empat jam dengan berperahu motor dari Pelabuhan Kumai Pangkalan Bun.
Para petugas dari Sporc Kalteng, polisi, TNI, dan kejaksaan yang menyergap ke lokasi tambang liar menyita sejumlah besar peralatan penggalian serta menangkap 10 pelaku. Empat di antara pelaku adalah pemodal.
Keempat pelaku kini ditahan di Kepolisian Resor Pangkalan Bun, tetapi puluhan pekerja lolos dari sergapan petugas.
Menurut Slamet, sebuah tim akan mengukur lokasi perambahan di TNTP dalam waktu dekat.
Kawasan TNTP memang memiliki deposit tambang, seperti emas, puya (sejenis logam yang ditemukan di bekas tambang emas), zirkon, dan timah.
"Penambang yang kami tangkap adalah yang benar-benar masuk ke TNTP. Kami berharap pemerintah daerah teliti dalam memberi izin pertambangan, terutama yang berada di sekitar taman nasional," kata Slamet.
Secara ekologis, Slamet menilai, penambangan liar lebih merugikan dibandingkan dengan penebangan liar. Sebab, lahan bekas tambang sulit direhabilitasi.
Penambangan liar di TNTP terjadi di sungai dan daratan. Penambangan di sungai dilakukan dengan menyedot sedimen di dasar sungai. Sementara di daratan penambang melakukannya dengan menggali tanah atau pasir, menyemprotnya dengan air, lalu menyaring pasir untuk menemukan emas atau zirkon.
Untuk membantu masyarakat sekitar, kata Slamet, sebenarnya pihak TNTP sudah mencarikan alternatif pekerjaan. (cas)