Monday, April 30, 2007

Kapasitas Angkut KA Batu Bara Ditingkatkan

Selasa, 20 Maret 2007

Jakarta, Kompas - Pemerintah akan mendorong peningkatan kapasitas angkut kereta api muatan batu bara di Sumatera dan Kalimantan menjadi 20 juta ton per tahun sampai tahun 2010. Kapasitas angkut kereta di dua wilayah itu saat ini hanya 8 juta ton per tahun.

Menteri Perhubungan Hatta Rajasa, akhir pekan lalu di Jakarta, mengatakan, peningkatan kapasitas angkut kereta api itu akan dilakukan dengan penambahan sarana rel dan gerbong. Dalam rencana itu, selain melibatkan swasta, pemerintah juga telah menyiapkan anggaran untuk pembangunan prasarananya.

Proyek pembangunan jalur kereta yang siap dikerjakan di antaranya pembangunan rel di daerah Tanjung Api-api, Lahat, dan Bengkulu. "Pihak swasta kami harapkan ikut investasi setelah Rancangan Undang-Undang Perkeretaapian selesai," kata Hatta.

Sebelumnya, PT Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk (BA) pernah menyampaikan rencana untuk pembangunan dua rel kereta. Pembangunan rel kereta tersebut untuk mendongkrak penjualan batu bara berkalori rendah pada tahun 2010 yang ditargetkan bisa mencapai 52 juta ton.

Rel yang akan dibangun adalah rel kereta dari Tanjung Enim ke Tarahan di Lampung. Investasinya 800 juta dollar AS. Pemegang sahamnya adalah PT BA sebesar 10 persen, PT Transpacific dan China Railway 90 persen.

Proyek lainnya, kombinasi rel dan kanal dari Tanjung Enim ke Pulau Bangka, investasinya 490 juta dollar AS. PT BA menguasai saham 5-10 persen, sisanya China International Trust and Investment Corporation. Dengan selesainya rel kereta dan kanal ini, PT BA akan memasok 20 juta ton batu bara per tahun.

Menurut Hatta, sudah ada tiga investor yang berminat menggarap proyek rel kereta sepanjang 500 kilometer di Kalimantan untuk angkutan batu bara dan minyak sawit. Ketiga investor itu adalah Niponcoy dari Jepang serta dua perusahaan lokal, yakni Senong dan Trans Asia.

Lintas Serpong

Dalam kesempatan itu, Hatta menjelaskan, trek ganda lintas Serpong pengoperasiannya rencananya diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertengahan April 2007.

Lintas Serpong akan dijadikan proyek percontohan layanan moda kereta api yang memadai. "Selain menggunakan kereta api ekonomi berfasilitas penyejuk udara, semua stasiun di lintasan ini akan steril dan bertahap memakai tiket elektronik," ujar Hatta.

Direktur PT Kereta Api Ronny Wahyudi mengatakan, pihaknya masih mengkaji mengenai besaran tarif di lintasan tersebut. "Dengan fasilitas itu, kami masih mempertimbangkan tarif yang sesuai dengan kemampuan masyarakat," kata Ronny. (OTW)