Rabu, 24 Januari 2007
BANJARMASIN - Wakil Presiden RI HM Jusuf Kalla menginginkan Kalsel menjadi pusat baja nasional. Ketua Umum DPP Partai Golkar tersebut melihat potensi bijih besi di Kalsel sangat menjanjikan bila dikelola secara maksimal.
"Saya melihat potensi bijih besi di Kalimantan, terutama Kalsel, sangat besar,” ujar Jusuf Kall dalam acara pengukuhan komunitas Saudagar Banjar di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, kemarin. “Apa yang kurang di daerah (Kalsel, Red)ini..,” lanjutnya tak meragukan kekayaan sumber daya alam Kalsel. Karenanya Kalla mengingatkan agar pengusaha lokal menjadi pelopor untuk memaksimalkan semua potensi di Bumi Lambung Mangkurat ini.
Untuk menindaklanjuti rencana tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Minggu (28/1) hingga Kamis (1/2) mendatang berencana melakukan kunjungan kerja ke dua kota di India, yakni New Delhi dan Mumbai. Wapres yang akan bertolak dengan pesawat komersial akan didampingi Menteri Perindustrian Fahmi Idris dan Menbudpar Jero Wacik.
Wapres Jusuf Kalla akan bertemu eksekutif produsen baja dunia asal India, Mittal Steel dan Essar Group. Wapres akan berbicara tentang rencana investasi dua raksasa baja itu di Indonesia.
Melalui anak perusahaannya di Indonesia yakni PT Ispatindo, Mittal Steel tahun ini akan mendirikan pabrik baja berkapasitas 100 ribu ton per tahun di Gresik dan Banten. Mittal juga berencana menambah satu pabrik lagi bila pemerintah memberikan kuasa pertambangan bijih besi sebesar 500 ribu hektare lagi.
Nah, dalam bisnis baja ini, Essar Group telah berencana mendirikan pabrik baja di Kalsel. Rencana ini sejalan dengan kebijakan pemerintah merelokasi pabrik baja pelat merah PT Krakatau Steel dari Cilegon ke Bumi Lambung Mangkurat ini. Essar rencananya akan membangun pabrik pengolah bijih besi senilai USD 500 juta (Rp 4,6 triliun). Pabrik itu mampu mengolah bijih besi (iron ore) menjadi pellet atau bahan baku baja lembaran sebesar 2 juta ton per tahun.
Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla juga mengingatkan para pengusaha lokal agar jangan cuma bisanya menjadi tukang lobi atau pengusaha yang mencari uang hanya jual kertas. "Lantaran banyak kenal pejabat di daerah, lalu semangatnya mencari uang dengan menjual kertas. Itu namanya pengusaha lobi," sindirnya.
Ia mengharapkan pengusaha lokal harus benar-benar menjadi tuan di daerahnya sendiri dan tidak menggantungkan nasifnya dengan bangsa lain. "Saya kira pengusaha lokal mampu kok bersaing dengan investor dari luar negeri. Apalagi saat ini sistem perizinan lebih simpel dibandingkan beberapa tahun silam. Kalau dulu untuk usaha kayu izinnya berbelit-belit, mulai dari bupati sampai presiden, jadi sangat susah. Tapi sekarang, dengan adanya otonomi daerah, segalanya dapat diselesaikan di daerah. Hanya perizinan tertentu saja yang langsung ke pemerintah pusat," katanya.
Menurut Kalla, suatu bangsa yang ingin makmur telebih dahulu harus mampu bersaing di bidang ekonomi. Bangsa yang sudah maju sektor ekonominya, lanjutnya, dengan sendirinya akan dihormati bangsa lain. "Dahulu siapa yang hormat kepada China. Tapi begitu ekonominya maju, semua bangsa berlomba-lomba mengajak bekerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan. Begitu pula negara Singapura dan Jepang sangat dihormati bangsa lain karena ekonominya sudah maju," ujarnya mencontohkan.
Keberhasilan perkembangan ekonomi, papar wapres, tergantung dua pilar, yaitu pemerintah dan dunia usaha. "Pemerintah yang bikin aturan, sedangkan dunia usaha yang menggerakan ekonomi melalui investasi," urainya.
Lebih lanjut Wapres menyatakan optimis apabila semangat pengusaha lokal ingin membangun ekonomi, maka bangsa ini akan menjadi tuan di negerinya sendiri. "Sehingga nantinya tidak ada lagi pandangan bahwa orang Indonesia yang berada di luar negeri hanya menjadi pembantu, atau buruh rendahan. Tapi suatu saat orang Indonesia yang ke luar negeri adalah pengusaha-pengusaha besar yang ingin menjalin kerjasama dengan pengusaha di negara lain," pungkasnya.(sga/jpnn)