Radar Banjarmasin
Rabu, 18 April 2007
BANJARMASIN ,- Gara-gara tak terima dengan sikap pemerintah daerah yang mengizinkan angkutan batubara melintasi jalan negara, BEM IAIN Antasari Banjarmasin dan BEM Unlam, melakukan aksi turun ke jalan, kemarin.
Tak puas sekadar melakukan orasi di Bundaran HA (Hotel Arum) dan di DPRD Kalsel, Gedung DPRD Kalsel berbentuk Rumah Banjar di Jl Lambung Mangkurat pun mereka segel dan beberapa bagian dicorat-coret menggunakan cat semprot. Wakil rakyat dinilai banci dan tidak memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Mengenakan jaket almamater berwarna hijau (khas IAIN) dan kuning (khas Unlam), mereka berorasi penuh semangat meminta pemerintah agar bersikap tegas mengedepankan kepentingan rakyat dan bukan kepentingan golongan, apalagi kepentingan pribadi. Mereka mendesak agar segera dibuat Perda yang melarang angkutan emas hitam melintasi jalan Negara, serta meminta dilakukan penutupan stockpile yang lokasinya berada di lingkungan publik atau pemukiman penduduk.
Awalnya para mahasiswa ini berniat melakukan aksi bakar ban bekas di Bundaran HA. Namun niat itu gagal karena ban tersebut keburu diamankan petugas. Selanjutnya, ratusan mahasiswa ini bergerak ke DPRD. Mereka langsung masuk, namun tertahan di pintu dalam yang berada di muka Ruang Panmus DPRD. Anggota DPRD pun berniat menerima mahasiswa ini di ruang Panmus, namun mahasiswa menolak dan meminta agar wakil rakyat duduk lesehan bersama-sama. Keinginan itu ditolak dan hanya Anang Rosadi Adenansi (FPKB) yang menuruti keinginan duduk lesehan.
Meski mengaku juga tak setuju kebijakan Gubernur tersebut, sikap Anang Rosadi tetap saja tak membuat puas mahasiswa. Begitu pula Adhariani (FPAN) yang kemudian menerima mahasiswa, juga tak membuat puas mahasiswa. Mereka tetap lesehan menunggu kepastian sikap DPRD. Mereka pun sempat mencoret 3 pintu kaca DPRD dengan cat semprot sebagai tanda penyegelan DPRD.
Merasa dicueki, mahasiswa pun keluar. Namun mereka tak langsung membubarkan diri. Mereka langsung menarik daun pintu masuk DPRD, kemudian mencoret, dan “dikunci” dengan mengikat 2 baju almamater. Terakhir, pintu itu disiram dengan air mineral, kemudian mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya. “DPRD telah mati. DPRD telah tidak berfungsi. DPRD adalah rumah rakyat. Karena itu, sejak ini, rumah ini kita ambil alih lagi,” teriak Ihsan, salah seorang mahasiswa.
Aksi penyegelan pun dilakukan pada pintu masuk ruang sidang Paripurna DPRD. Menurut aktivis pencinta alam ini, DPRD Kalsel banyak memiliki pintu masuk. Dan mereka, berjanji akan meyengel semua pintu. (pur)