Sunday, February 04, 2007

Bergantung Hidup Dari Batu Bara Sisa

Selasa, 30 Januari 2007 01:21
Dengan cekatan Fatimah mengayunkan cangkul linggisnya ke tanah. Layaknya seorang pria, warga Kecamatan Simpang Empat, Tanah Bumbu ini mengais sisa tumpahan batu bara yang ada di stock pile. Tak peduli keringat terus mengucur, ‘emas hitam’ tangannya terus memungut dan memasukkan ke dalam karung.

Setelah terkumpul banyak dan mendapatkan beberapa karung, batu bara itu kemudian dijualnya. Fatimah, wanita asal Muara Teweh Kalimantan Tengah, sudah empat tahun menjalani pekerjaan ini. Ia memilih menjadi pengumpul batu bara karungan dengan alasan tak ada ke ahlian lain yang bisa diandalkan untuk menghasilkan uang.

Di kabupaten pemekaran ini, ada ratusan warga menjalani pekerjaan seperti dirinya. "Kami bergantung hidup dari pekerjaan ini, kalau tidak bagaimana bisa makan dan membeli keperluan hidup,"tutur Fatimah.

Batu bara karungan seberat 50 Kg dihargai Rp5.000. Setiap harinya, Fatimah mengumpulkan sedikitnya 5-6 karung, dibantu anaknya, Riyadi, (12). Bocah dibawah umur itu membantu ibunya menyaring batu bara dengan alat penyaring dari plastik.

Tak kalah cekatan dengan ibunya, batu bara sebesar kepalan tangan, dimasukan dalam karung plastik. Seperti Fatimah, Sarmani, warga Desa Sari Gadung juga mengaku menggantungkan hidupnya dari pekerjaan ini. Ia menghidupi empat anaknya yang masih kecil. Setahun lalu, Sarmani adalah seorang penambang emas tradisional.

Karena hasilnya semakin tidak menguntungkan, ia pun beralih pekerjaan. "Kami berharap pertambangan ini berjalan terus. Kalau tidak, kami mau makan apa. Bertani tidak menguntungkan lagi, tapi bekerja sebagai pengumpul batu bara hasilnya lumayan,"ujarnya.

Sarmani mengatakan, sebagai pengumpul batu bara sisa di stock pile mereka bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 Wita. "Biasanya bisa mengumpulkan enam karung," imbuhnya.

Para pengumpul batu bara karungan ini berharap pemerintah provinsi maupun pusat tidak menutup usaha pertambangan batu bara di Tanah Bumbu. Seperti diakui Fatimah dan kawan-kawannya pekerjaan tersebut sudah menjadi mata pencaharian utama untuk bertahan hidup.dhonny harjo saputro

Copyright © 2003 Banjarmasin Post