Monday, December 25, 2006

Tiga Pendulang Intan Terkubur

Kamis, 21 Desember 2006 02:31:26
Banjarbaru, BPost
Kilauan intan memang sebanding dengan harganya. Tak heran jika demi kepulan asap dapur, warga di lokasi penambangan selalu berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya, meski risiko yang harus ditanggung besar pula.
TERTIMBUN LONGSOR - Sejumlah warga berusaha mengevakuasi Didi (25), salah seorang dari tiga pendulang intan yang tewas tertimbun tanah longsor di pendulangan intan Desa Pumpung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Rabu (20/12). Foto: Metro/Dhony

Pada Rabu (20/12) sore kemarin, jerit tangis tiba-tiba memecah suasana lokasi pendulangan intan tradisional Desa Pumpung RT 30, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalsel. Tiga penambang tewas dalam waktu bersamaan akibat tertimbun longsoran tanah di kubangan, tempat ia bekerja.

Ketiga korban itu adalah Agus (17) dan Didi (25), warga Ujung Murung, Sungai Tiung, serta Juman (33) warga Desa Basung 2, Kecamatan Cempaka. Ketiga korban merupakan satu kelompok pendulang.

Semula di lokasi itu ada empat pendulang yang terperangkap longsoran. Namun satu orang berhasil berlari sehingga lolos dari timbunan tanah, pasir dan bebatuan yang ambrol tersebut.

Warga di sekitar lokasi langsung melakukan evakuasi. Sekitar seperempat jam kemudian, Agus dan Juman pun berhasil diangkat, namun nyawanya sudah tidak tertolong lagi.

Sementara evakuasi terhadap Didi sempat mengalami kesulitan karena ia tertimbun dalam posisi paling bawah. Tubuhnya juga tertindih sebatang kayu. Ketika diangkat tubuh Didi tampak terdapat luka di bagian dada kiri yang diduga akibat terbentur benda keras saat terjatuh.

Diperoleh informasi, saat itu kelompok pendulang yang dikepalai Juman itu sedang berusaha menyemprotkan air guna ‘menembak’ tanah di dinding kubangan. Keempat orang itu bersama-sama memegang pipa alat penyemprot tersebut.

Sialnya, dinding lubang yang tingginya sekitar lima meter tiba-tiba longsor dan mengubur tiga dari empat pendulang tersebut.

Suara gemuruh longsoran tanah itu membuat para pekerja di sekitarnya kaget. Mereka segera berlarian ke lokasi tersebut, namun tak lagi mendapati Agus, Didi, dan Juman.

Kapolsek Cempaka, Iptu Nizar Mawardi, membenarkan adanya musibah longsor di area penambangan Desa Pumpung tersebut. Untuk sementara, disimpulkan kejadian itu murni musibah.

Musibah di areal tambang Desa Pumpung bukanlah kali pertama terjadi. Warga setempat mencatat, musibah serupa terjadi nyaris setiap tahun.

Menurut warga, tanah di tempat itu sangat labil karena selain konstruksi tanahnya, berupa pasir, kerikil dan tanah putih, lokasinya juga gundul, tanpa pepohonan yang bisa menahan tanah.

Terlepas dari semua itu, ada juga warga yang tetap meyakini musibah-musibah itu dikaitkan dengan hal-hal mistis.

Salah seorang pendulang mengaku sempat mendapat firasat buruk, sebelum tragedi menimpa rekannya. Nono (38), pria pendulang tersebut menuturkan bahwa malam sebelumnya, ia bermimpi yang menurutnya sangat aneh.

"Saya mimpi melihat orang banyak mengangkut sesuatu di pendulangan ini. Mungkin, musibah ini artinya," katanya. MTB/sar/wid/niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post