Wednesday, December 20, 2006

Penambang Tuntut Kompensasi

Kamis, 16 Nopember 2006 01:39:01
Martapura, BPost
Warga Desa Batang Banyu Kecamatan Sambung Makmur menuntut agar Pemkab Banjar bersama PT Tanjung Alam Jaya memberikan kompensasi setimpal jika mereka dilarang menambang secara manual.

Melalui beberapa perwakilannya, Rabu (15/11) mendatangi kantor Bupati Banjar. Namun, karena Bupati HG Khairul Saleh dan Wabup KH Hatim Salman tidak ada, perwakilan yang didampingi anggota dewan H Syarkawi diterima Asisten II Setda Banjar Nasrun Syah.

Muhi, salah satu perwakilan mengatakan, pihaknya tidak mempertanyakan fee desa dari TAJ, melainkan ingin kejelasan kompensasi atau ganti rugi materi setelah mereka tidak diperbolehkan lagi menambang.

"Kalau kami berhenti menambang mau makan apa? Para penambang menuntut ada ganti rugi akibat dilarang menambang," tegasnya.

Menurutnya, mesti ada tanggungan materi dari Pemkab Banjar maupun TAJ sehingga mereka bisa bertahan hidup. "Kalau fee desa paling banter digunakan untuk prasarana jalan dan fasilitas umum lainnya. Tetapi untuk sehari-hari, warga butuh makan," ucapnya.

Ifit menambahkan, setelah perusahaan tambang masuk di wilayahnya, lahan padi dan perkebunan seperti mati suri akibat terkena debu dan limbah batu bara.

"Untuk bertani dan berkebun, sudah tidak memungkinkan. Makanya untuk menyambung hidup, kami terpaksa menjadi penambang manual. Lahan kami sudah tercemar dan tidak layak lagi digarap. Belum lagi kerugian akibat getaran peledakan," bebernya.

Ifit membantah kalau pencemaran sungai di wilayahnya akibat ulah warga menebar potas untuk menangkap ikan. "Buat apa kami menebar potas, karena ikan di sungai itu hampir tidak ada," tandasnya.

Sungai di tempatnya kotor setelah ada tambang batu bara oleh perusahaan."Kami menduga, air menjadi kelat karena tercemar limbah kriston, suatu zat yang melapisi batu bara. Ini tentu saja berkaitan erat dengan aktivitas penambangan batu bara di kawasan hulu sungai," ujarnya.

Pembakal Sungai Pinang Darkuni menerangkan, jika hujan mengguyur kawasan perbukitan yang rembesannya hingga ke Sungai Riam Kiwa, ribuan ikan di sungai lemas dan mengapung ke permukaan. Kondisi seperti itu sering terjadi, dahulu hal ini tidak pernah ditemui.

Pihaknya khawatir, jika kondisi seperti ini terus terjadi, habibat ikan di Sungai Riam Kiwa yang sudah mulai berkurang akan semakin langka. adi

Copyright © 2003 Banjarmasin Post