Minggu, 22 Oktober 2006 01:40
Pelaihari, BPost
Penambangan bijih besi di Kabupaten Tanah Laut memakan korban. Rodai (40), warga Rt 2/II Desa Sumber Mulya, Kecamatan Pelaihari, tewas setelah tertimbun tanah reruntuhan galian.
Peristiwa itu terjadi Rabu (18/10). Lantaran tak ada ruang bernapas, korban tewas seketika di lokasi kejadian, yakni di areal tambang bijih besi milik CV DMA.
Sementara sang istri, Boiq Nur Suryatini (35), yang saat itu juga beraktivitas bersama korban, bernasib mujur. Ia selamat meski reruntuhan tanah sempat menerpa tubuhnya.
Informasi diperoleh, Rodai dan Suryatini adalah dua dari puluhan pekerja lepas yang melakukan penambangan manual di areal CV DMA. Masih ada lima perusahaan penambang lainnya yang berada di Sumber Mulya yang seluruhnya mengantongi surat perintah kerja (SPK) dari PD Baratala Tuntung Pandang.
Berbeda dengan perusahaan yang menggunakan alat berat seperti ekskavator dan sejenisnya, warga melakukan penambangan hanya menggunakan linggis dan peralatan tradisional. Acapkali galian manual itu cukup dalam menyerupai gua kecil.
Pun aktivitas Rodai dan istrinya. Keduanya bahkan dikabarkan menggali lereng curam buatan bekas pahatan ekskavator pada kedalaman lima meter dari permukaan tanah.
"Kami sudah sering memeringati Pak Rodai agar tidak lagi menggali di situ karena rawan, apalagi dinding depan galian mulai retak. Tapi, tetap ngotot hingga akhirnya terjadilah musibah itu," kata H Abdul Wahid, pimpinan CV DMA, kemarin (21/10).
Peristiwa tersebut cepat menyebar. Semua pihak terkait, petinggi PD Baratala, pimpinan CV DMA, dan aparat kepolisian langsung turun ke lapangan. Hasil pemeriksaan di lokasi kejadian, insiden tersebut dinyatakan murni musibah.
Istri korban pun telah membuat surat pernyataan tertulis tertanggal 19 Oktober yang menyatakan insiden tersebut murni musibah, akibat kelalaian suaminya dan bukan kesalahan perusahaan penambang. Pernyataan itu di atas kertas bermetarai itu diketahui oleh Kades Yoi Basori.
Kemungkinan adanya kelalaian pihak penambang tidak ditemukan di lapangan.
"Pada hari naas itu tidak ada alat berat kami yang beroperasi. Ini perlu saya jelaskan, kalau saja ada yang menduga runtuhnya tanah pada galian manual korban akibat getaran alat berat," jelas Wahid yang mengaku dirinya sangat kehilangan karena sebelumnya sangat akrab dengan korban.
Meski murni musibah, Wahid mengatakan dirinya tetap memberikan santunan kepada isteri dan anak-anak korban. Apalagi, saat ini mendekati Lebaran.
Kapolres Tala, AKBP Drs Sumarso, melalui Kasat Reskrim, Iptu Rofikoh Y, mengatakan insiden tersebut ditangani Polsek Pelaihari.
Sementara itu, sejumlah pihak mengharapkan PD Baratala selaku pemegang izin kuasa pertambangan (KP) bijih besi melakukan pengawasan intensif terhadap seluruh kegiatan penambangan. Sayang, direksi Baratala enggan memberikan keterangan ketika dikonfirmasi. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post