Monday, October 23, 2006

Lokasi Tambang TAJ Mengancam

Radar Banjarmasin - Jumat, 22 September 2006
Mei-September, 1 Tewas, 2 Luka Berat

MARTAPURA– Areal tambang batubara PT Tanjung Alam Jaya (TAJ), di Desa Mengkauk Kecamatan Pengaron rawan longsor. Bahkan, selama kurun waktu sejak Mei hingga September 2006, di lokasi tambang PT TAJ tersebut telah terjadi tiga kali longsor. Termasuk longsor terakhir, yang baru terjadi Senin (18/9) kemarin.

Lokasi tempat kejadian longsor ini merupakan areal eks tambang mekanik oleh PT TAJ, yang kini menjadi areal penambangan manual. Di antara tiga musibah di lokasi ini, tanah longsor kedua pada 10 Agustus lalu yang terparah, hingga menelan 1 korban meninggal dan 2 luka berat. Sementara musibah longsor di areal tambang yang pertama dan ketiga tidak sempat menimbulkan korban.

Informasi yang berhasil diperoleh Radar Banjarmasin, korban musibah longsor kedua sebulan lalu (10 Agustus 2006) berasal dari satu keluarga. Mereka berada di areal tambang PT TAJ untuk melakukan aktivitas penambangan manual.

Kejadian bermula saat satu keluarga yang terdiri dari Merawi (50), Sirajul Munir (24) dan Muhammad Dahri (22), ketiganya warga Desa Batu Tanam RT 1 Kecamatan Sambung Makmur, melakukan aktivitas penambangan manual di eks tambang PT TAJ, tepatnya di wilayah fit 1d yang terletak di Desa Lumpangi Pelabuhan Tulang. Lokasi yang dua tahun belakangan sudah tidak digunakan lagi oleh perusahaan tambang tadi.

Baru dua hari melakukan aktivitas tambang manual, naas menimpa mereka bertiga. Saat melakukan penggalian, sekitar pukul 14.30 wita, tiba-tiba tebing bekas galian PT TAJ tempat mereka melakukan penggalian mendadak runtuh. Tak ayal, ketiganya langsung terbenam di reruntuhan tebing yang longsor.

Untungnya ada warga yang mengetahui kejadian, sehingga bisa memberikan pertolongan terhadap Sirajul Miunir dan Muhammad Dahri. Namun sayang, Merawi tak bisa diselamatkan, dia meninggal di tempat kejadian. Karena mengalami luka yang serius di bagian kepala belakang, dan bagian kaki dan tangan mengalami patah tulang.

Kapolsek Pengaron Iptu Amin didampingi Kaur Polbaket Bripda Deni ketika dikonfirmasi membenarkan kejadian yang menimpa satu keluarga itu. ”Benar korbannya tiga orang, tapi itu murni kelalaian dari ketiganya,” ujar Iptu Amin.

Di tempat terpisah, Koordinator Keamanan Tambang PT TAJ, Jamhari mengatakan, kejadian tersebut bukanlah tanggung jawab perusahaan, karena korban adalah penambang manual yang beroperasi di wilayahnya, tanpa ada izin dari pihak perusahaan.

Menurut dia, di Tempat Kejadian Perkara (TKP) memang terdapat lokasi yang sangat berbahaya, untuk melakukan penambangan. Karena wilayah sudah bekas ditambang oleh perusaan, sehingga menyisakan tebing-tebing tinggi.”Iya, wilayahnya sangat riskan akan bahaya, tanahnya ‘kan sudah tidak labil, mereka aja nekat menambang di sana,” kata Jamhari.

Gusti Yusnisal, bagian Safety PT TAJ menambahkan, kalau pihak perusahaan sudah melakukan pengawasan terhadap eks penambangan, untuk menghindari hal-hal seperti tadi. Namun karena areal tambang sangat luas, membuat pihak perusahaan tidak bisa mengawasi secara maksimal.

”Kalau pengawasan sih sudah kami lakukan, bahkan sudah memasang rambu larangan menambang, tapi masyarakat main ‘kucing-kucingan’,” ujar Gusti Yusnisal.

Karena itulah, pihak perusahaan meminta bantuan pemerintah daerah serta aparat keamanan untuk melakukan razia, terhadap penambang liar yang beroperasi di wilayahnya.”Sudah kemarin aparat menyisir lokasi tambang,” katanya.(spn)