Radar Banjarmasin- Jumat, 15 September 2006
BANJARBARU – Pernyataan Walikota Banjarbaru Rudy Resnawan yang mengeluhkan kecilnya PAD dari sektor pertambangan intan PT Galuh Cempaka dibandingkan dampak pencemaran lingkungan yang dihasilkan mendapat reaksi dari LSM gabungan 4 NGO's (Walhi Kalsel, Rindang Banua, JARI Borneo dan YCHI).
Melalui juru bicaranya Abid, pihaknya menyambut positif pernyataan ini karena memang apa yang diperoleh Banjarbaru tidak di sebanding dengan resiko penurunan kualitas dan
kerusakan lingkungan yang didapatkannya. LSM ini juga mengecam Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup yang terkesan tidak cepat tanggap serta terkesan bertindak seperti melindungi kepentingan PT GC.
“Kami masih ingat pernyataan Kepala Distam LH (Joko Hardiono, red) ketika mencuatnya permasalahan PT GC dengan masyarakat Bangkal yang merasa terancam akan aktivitas PT GC (13 Oktober 2004), bahwa eksplorasi dengan melakukan pengeboran dilakukan dengan alat yang berdiameter kecil (15 cm) sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada lapisan tanah sekitarnya,” kata Abid.
Namun, selanjurnya fakta dilapangan lahan yang katanya di bor dengan alat berdiameter kecil ternyata di kupas habis sehingga menciptakan lapangan terbuka gersang yang sangat luas.
“Kami menganggap bahwa Kepala Dinas selaku pejabat daerah yang bersangkutan telah lalai dalam melaksanakan tugas pengawasan amanat UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,” tambah Abid.
Lebih dari itu, dari fakta lapangan yang temukan, LSM gabungan ini mencurigai bahwa dokumen RKL dan UKL (terlepas baik tidaknya dokumen tersebut) tidak dijalankan. Tak itu itu, LSM ini menanggap sebenarnya tim yang akan diterjunkan dilapangan tidak perlu dibentuk, bila seandainya fungsi pengawasan yang ada di tangan Distam LH dijalankan.
“Selayaknya instansi terkait untuk segera bertindak. Selai itu, aktivitas tim dalam melakukan kerja-kerja lapangan dan analisisnya dilakukan secara terbuka (transparan) dan hasilnya secepatnya dibeberkan untuk diketahui publik dan rekomendasi dari temuan lapangan. Jangan sampai mandek ditingkat bawah, sedangkan top leader sudah menginstruksikan,” pinta Abid. (mul)