Sunday, October 08, 2006

Jepang Investasi Di Asam Asam

Sabtu, 09 September 2006 00:21:23

* Senilai 68 juta dolar AS
* Untuk pengolahan batu bara bermutu rendah

Jakarta, BPost
Jepang akan menanamkan investasinya sekitar 68 juta dolar AS untuk proyek up grade brown coal (UBC) di Asam Asam, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

Proyek ini untuk meningkatkan kualitas batu bara bermutu rendah di bawah 5.100 kalori menjadi kalori tingkat tinggi di atas 6.000 kalori.

Keinginan Jepang tersebut terkuak dalam pertemuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, dengan pihak Japan Coal Energy Center, Kobe Steel Ltd dan Sojitz Corporation dan BPPT di Departemen ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (8/9).

Menurut Kepala Pusat Puslitbang Teknologi Mineral dan Batu Bara Departemen ESDM, Bukin Daulay, rencananya proyek ini akan meningkatkan kualitas batu bara sebesar 1.000 ton per hari.

Proyek ini akan dimulai pertengahan 2008 dengan of taker Japan Coal Energy Center dan pelaksananya Kobe Steel. Indonesia memiliki sumber daya batu bara dengan low rank coal sekitar 60 persen atau lebih dari 36 miliar ton.

Dengan teknologi UBC in maka batau bara bermutu rendah dapat laku terjual di pasar internasional dan bernilai ekonomi tinggi.

Di Kalsel yang memiliki luas area 36,535 km2 dengan jumlah penduduk 3,2 juta, cadangan batu baranya mencapai 11 Miliar ton, sementara cadangan terbukti mencapai 5 Miliar ton. Selain PLTU Asam Asam, sumber batu bara di Kalsel telah dimanfaatkan sebagai bahan bakar di berbagai PLTU lainnya di Indonesia. Sementara di Kalteng, cadangan batubara sedikitnya mencapai 580 Juta ton.

Royalti Diturunkan

Sementara itu, pemerintah mengenakan royalti yang lebih rendah kepada investor yang menggeluti bisnis batu bara berkalori rendah atau low rank coal (LRC).

Royalti yang akan dikenakan di bawah 13,5 persen dari royalti yang diberikan kepada pemain Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) sebesar 13,5 persen per tahun.

Saat ini yang mengelola batu bara berkalori rendah adalah Kuasa Pertambangan (KP). Sedangkan PKP2B lebih banyak mengeksploitasi batu bara berkalori tinggi yang dikhususkan untuk ekspor.

"Kalau LRC minta lebih rendah saya kira ini permintaan yang wajar. KP itu kontribusinya hanya 7 persen dari batubara nasional," kata Direktur Pembinaan Mineral dan Batubara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Setiawan, beberapa waktu lalu.

Selain itu, pemerintah akan memberikan insentif kepada investor berupa penyederhanaan perizinan dan kemudahan administrasi.

"Batubara kualitas rendah ini diupayakan untuk dicairkan atau Coal To Liquid (CTL) yang akan memiliki nilai tambah. Untuk investasi ini pemerintah akan menawarkan insentif khusus," kata Direktur Perencanaan Program Mineral dan Batubara, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Setiawan. dtc/klc

Copyright © 2003 Banjarmasin Post