Kamis, 21 September 2006 01:14
Oleh : Sunardi
Staf pengajar FMIPA Unlam
Meskipun semua orang mengetahui batu bara, tapi mungkin tidak semua orang mengetahui tentang abu layang batu bara. Abu layang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Limbah padat ini terdapat dalam jumlah cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, perairan dan penurunan kualitas ekosistem.
PLTU Asam-asam di Kabupaten Tanah Laut termasuk salah satu contoh penghasil limbah abu layang yang cukup besar di Kalsel. Setiap tahun tidak kurang dari 24 ribu ton abu layang dihasilkan dari pembakaran batu bara untuk menyuplai pasokan listrik di wilayah Kalsel dan Kalteng. Hingga saat ini, puluhan ribu ton limbah abu layang itu menumpuk di lapangan pembuangan yang disediakan di sekitar PLTU Asam Asam.
Dapat dibayangkan berapa banyak jika limbah itu dibiarkan saja dari tahun ke tahun tanpa dimanfaatkan. Mungkin suatu saat, tempat penimbunan yang ada tidak cukup lagi dan abu layang akan menjadi masalah baru. Sangat disayangkan memang. Padahal di balik istilah limbah itu, abu layang masih dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Atau mungkin harus menunggu batu bara habis baru kita manfaatkan limbahnya?
Salah satu manfaat dari abu layang batu bara adalah untuk Material Admixture Beton (campuran beton). Selain dapat mengatasi permasalahan limbah, penggunaan abu layang untuk campuran beton dapat menghemat penggunaan semen dan meningkatkan kuat tekan dari beton tersebut. Penelitian tentang pemanfaatan abu layang batu bara untuk campuran semen, banyak dilakukan di lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Bahkan di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, peneltian tersebut menghasilkan seorang Guru Besar di bidang mekanika bahan yang pertama di FTSP ITS.
Di Unlam khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, penelitian tentang abu layang cukup lama digeluti. Antara lain dimanfaatkan sebagai adsorben limbah sasirangan dan logam berat berbahaya, dengan hasil yang cukup menjanjikan. Hal itu didasari oleh struktur abu layang yang berpori dan luas permukaan yang besar, sehingga dengan sedikit perlakuan dan modifikasi manjadikan abu layang sebagai bahan yang cukup potensial untuk berbagai keperluan.
Salah satu sifat dan komponen abu layang yang sangat menguntungkan adalah kemiripan komponennya dengan zeolit. Komponen utama penyusun abu layang batu bara adalah mullit (3Al2O-3.2SiO2), kuarsa (SiO2), hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4). Selain itu terdapat mineral lain dalam jumlah yang lebih sedikit, seperti geotit dan anortit. Keberadaan silika dan alumina tersebut yang memungkinkan abu layang dijadikan bahan dasar zeolit, yaitu suatu material berpori yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Antara lain adsorben, penukar ion, penyaring molekul, filler, campuran pupuk sebagai release agent, katalis maupun pengemban katalis.
Jika di tanah Jawa orang berusaha menggali dan kemudian menjual zeolit untuk berbagai keperluan, bukan tidak mungkin di Kalsel kita mendirikan industri zeolit dengan bahan dasar abu layang yang ada. Maka, limbah batu bara bukan lagi masalah tetapi potensi yang harus dimanfaatkan.
e-mail: embunabila@telkom.net
Copyright © 2003 Banjarmasin Post