Radar Banjarmasin; Selasa, 15 Agustus 2006
PELAIHARI – Akhir-akhir ini kualitas air PDAM yang sampai kepada pelanggan semakin menurun, mengandung lumpur dan berwarna kecokelatan. Konsumen di wilayah kota Pelaihari juga mengeluhkan seringnya leding macet, sehingga mereka tidak kebagian air, khususnya pada siang hari.
Kenyataan ini tidak bisa ditampik Plt Dirut PDAM H Dwi Wahatno, karena itu ketika Radar Banjarmasin mengunjungi Kabid Sarana dan Prasarana Desa ini di ruang kerjanya, iapun memberikan penjelasan mengenai penyebabnya.
“Memasuki musim kemarau ini, sumber air baku kami menjadi berkurang,” ujar Wahatno pekan lalu.
Air terjun Bajuin kini sudah kering, padahal mata air alam ini biasa membantu pasokan air untuk kota 15 liter perdetik dengan sistem gravitasi. Sedangkan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bajuin di Sungai Tabanio, mengalami masalah pada pasokan air bakunya.“Cadangan air baku kita masih banyak, tapi tingkat kekeruhannya tinggi,” ujar Wahatno.
Apalagi pompa air ke IPA berada dekat dengan dasar sungai, sehingga sering tertutup lumpur dan tidak bisa menyedot air. Operator pun harus membuang lumpur di sekitar pompa.
“Seandainya kami memiliki pompa terapung, masalah ini akan sedikit teratasi,” ujarnya.
Selain secara kasat mata, jeleknya kualitas air baku juga terlihat dari banyaknya zat kimia yang digunakan. Tawas misalnya, pada kondisi biasa sehari perlu 50 kilogram, saat ini sudah mencapai 250 kilogram perhari, itupun air masih keruh sampai ke pelanggan.
“Produksi air juga menurun, sehingga tekanan berkurang dan air sulit mencapai pelanggan,” ujarnya.
Kapasitas terpasang instalasi pengolahan air (IPA) menurut Wahatno adalah 35 liter perdetik, namun kemampuan produksi sesuai dengan ketersediaan air baku, hanya berkisar 20-23 liter perdetik.
Adapun penyebab kekeruhan sendiri, menurut Wahatno, bisa dipastikan dari kegiatan penambangan emas tradisional dan pencucian material batu besi di daerah hulu.
“Terus terang kami kesulitan untuk mengatasi masalah ini dan berharap bantuan dari instansi lain yang berwenang,” ujarnya.
Upaya untuk mencari solusi, lanjutnya, sudah dilakukan, misalnya penambang emas dicarikan lokasi alternatif, di daerah Pantain dan Ujung Batu. Sedangkan untuk pencucian batu besi, diminta untuk tidak membuang limbah atau limpasan air ke sungai secara langsung.
Lebih lanjut dikatakan, untuk mengatasi keterbatasan pasokan air, PDAM sedang melakukan ujicoba pergiliran jatah air. Pasalnya, ketika debit air yang dihasilkan IPA semakin berkurang, maka tekanan akan semakin turun.
“Untuk meningkatkan tekanan, supaya pelanggan paling ujung bisa kebagian air, kami perlu menutup jalur-jalur tertentu,” ujarnya.
Pergiliran jatah ini rencananya akan dibagi 2-3 wilayah untuk pelanggan di dalam kota Pelaihari.(bin)