Friday, July 28, 2006

Gunakan Lahan Pertambangan

Monday, 05 June 2006 00:40:01

* Kalsel kembangkan bibit jarak
* Percontohan di empat kabupaten

Banjarmasin, BPost - Untuk pengembangan tanaman jarak di Kalsel, pemerintah akan mempersiapkan areal bekas tambang batu bara atau emas dan lahan tidak produktif seperti Riam Kanan.

Menurut Kepala Dinas Perkebunan Kalsel, Ir Haryono tanaman jarak yang akan diolah menjadi bioenergi pengganti bahan-bakar minyak (BBM) sangat tepat ditanam di areal tersebut sebagai sarana reklamasi lahan. Sebab tidak dipanen dengan cara dipotong, melainkan diambil buahnya saja.

"Kita lihat tahun 2007 dananya ada tidak, baru kita kembangkan," katanya dihubungi lewat telpon, kemarin (4/7).

Namun, papar Haryono, rencana pengembangan itu tidak bisa dilaksanakan secepatnya, pasalnya bibit unggul tanaman jarak belum ada di daerah ini.

"Berdasarkan informasi dari Pusat Penelitian dan Perkebunan, Kalsel memiliki agroclimate yang mendukung. Hanya saja kita belum dapat menyediakan bibit unggulnya. Jadi belum ada pengembangan secara resmi di Kalsel," kata Haryono.

Kalau sekarang ada perkebunan Jarak di Kalsel yang belum diketahui keberadaannya, lanjutnya, itu dipastikan belum menggunakan bibit yang direkomendasikan unggul. Sebab, pihaknya baru berencana membuka lahan percontohan untuk ditanami Jarak Pagar bibit unggul pada tahun 2006 ini.

Rencananya Deplop atau kebun percontohan itu seluas 6 hektar yang dikembangkan di kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, Banjar dan Tabalong. Untuk pengadaan bibit, Disbun sudah memesan dari Pusat Penelitian Perkebunan Asembagus di Jatim yang dikirim November nanti.

"Kebijakan kita pertama adalah partisipasi swasta. Kalau ada yang ingin mengembangkan jarak silakan tapi dengan modal sendiri. Selain itu pendirian pabrik harus membangun industri hulu dan hilir, termasuk jaminan pembelian hasil panen dari masyarakat," tandasnya.

Mengenai pengembangan kelapa sawit, papar Haryono, total lahan yang tersedia di Kalsel mencapai 200.000-400.000 hektar (ha), baik lahan kering atau basah. Namun saat ini yang telah tergarap baru mencapai 173.000 ha.

Berdasarkan data terakhir Dinas Perkebunan tahun 2005, kawasan perkebunan terluas ada di Kotabaru mencapai 108.000 ha, Tanah Bumbu 43.000 ha, Tanah Laut 33.000 ha, Tabalong 5.000 ribu ha dan Balangan 2.200 ha.

Dari sejumlah lahan tersebut umumnya dikelola perusahaan besar seperti Astra, Intramas dan Minamas. Sedangkan perkebunan yang dikelola pengusaha kecil atau perkebunan rakyat hanya sekitar 27.000 ha atau 15 persen saja.

"Untuk sementara produk yang dihasilkan hanya CPO saja yang diolah di 13 unit pengolahan CPO di Kotabaru dan Tanah Bumbu. Kapasitas produksinya mencapai 580 ton per TBS (tandan buah segar) per jam, se-Kalsel," katanya dihubungi via telepon, Selasa (4/7).

Selama ini produk CPO yang dihasilkan unit pengolahan di Kalsel tidak bertujuan dibuat biodisel, melainkan ada yang langsung diekspor seperti ke Malaysia tapi ada pula yang masuk ke grup perusahaannya untuk dibuat minyak goreng seperti di Jawa dan Medan. nda