Wednesday, August 04, 2010

Pemkab Banjar Kecolongan Batu Bara Lewat Sungai

 

Banjarmasinpost.co.id - Rabu, 4 Agustus 2010

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Penambangan batu bara secara ilegal terus menjadi permasalahan serius di Banua. Tak hanya dalam jumlah besar, pengiriman batu bara dalam jumlah kecil (karungan) masih marak terjadi.

Selasa (3/8/2010), BPost memergoki aktivitas itu. Sekitar pukul 12.30 Wita, empat unit perahu tiung bersandar di bawah jembatan penyeberangan Sungai Martapura di Desa Pingaran Ilir, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar.

Sejumlah orang duduk-duduk di atas tumpukan karung berisi batu bara yang diletakkan di dalam perahu. Mereka tengah menanti kedatangan orang yang membawa karung-karus emas hitam lainnya.

Informasi yang dihimpun koran ini dari sejumlah warga setempat, aktivitas pengangkutan batu bara karungan melalui jalur sungai dengan perahu tiung ini berlangsung sejak Kamis (29/7). "Saat itu ada enam perahu tiung yang bersandar. Semuanya memuat batu bara karungan," ucap seorang warga.

Pengangkutan batu bara dilakukan sembunyi-sembunyi. Mereka menerima pasokan dari pengirim yang membawa melalui jalur darat di kawasan Jalan A Yani Kilometer 74. Biasanya dilakukan saat malam," ucap warga lain.

Berdasar penelusuran BPost, sebagai tempat penampungan pemasok batu bara itu bara memiliki gudang yang lokasinya tidak jauh dari jembatan. Kemudian, batu bara itu diangkut dengan menggunakan perahu biasa menuju ke perahu tiung.

Tetapi, kadangkala diangkut oleh sejumlah orang dari mobil pick up yang parkir di jembatan. Jika sudah penuh, perahu tiung itu menyusuri Sungai Martapura menuju Sungai Barito.

Sebelum menggunakan kawasan Jembatan Desa Pingaran Ilir, aktivitas itu dilakukan di kawasan Jembatan Danau Salak, Astambul, Banjar. Namun, warga di sana mengusir mereka. "Ternyata, pindahnya ke sini," ucap seorang warga.

Keterkejutan dialami Camat Astambul, Samsul Arifin Sutha saat dikonfirmasi tentang hal ini. "Saya tidak tahu," ucapnya. Beberapa saat kemudian, Samsul menelepon pambakal (kepala desa) untuk menanyakan temuan BPost itu. Jawabannya, pembakal mengetahuinya.

"Pambakal mengetahui. Dia juga mengatakan tidak ada pengusaha yang mengajukan izin atau memberitahu soal pengangkutan batu bara itu. Kami sudah minta agar pambakal menegur aktivitas itu," tegas Samsul.

Ancam Sungai

Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Banjar Farid Soufian juga mengaku tidak pernah menerima permohonan izin dari  pengusaha untuk mengangkut batu bara karungan di lokasi tersebut. Dia khawatir, aktivitas ilegal itu makin memperburuk kualitas air Sungai Martapura. "Batu bara mengandung sulfur. Bila bereaksi dengan air dan teroksidasi akan memunculkan senyawa yang sama dengan air accu," ucapnya.

Diungkapkan Farid, pascaterbitnya Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang Larangan Angkutan Tambang Melintas Jalan Negara maka truk-truk pengangkut batu bara hanya boleh melewati jalur darat yang sudah ditentukan. Namun, pengangkutan melalui jalur ungai belum ada aturannya. "Kita akan segera berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengetahui perizinannya," ucapnya.

Sedangkan Kepala Dinas Pertambangan, Sufian AH melalui pesan singkat di ponsel menegaskan dirinya juga tidak pernah mengeluarkan pengangkutan batu bara melewati sungai di wilayah Banjar. Hal senada dikemukakan Kepala Dinas Perhubungan Banjar, Gt Syahrin. "Perizinan angkutan batu bara melalui sungai yang masuk ke kami belum ada," ujar Gt Syahrin, juga melalui pesan singkat di ponsel.

(tim)
ALAM KALSEL 
Luas Daerah    : 3,7 Juta hektare
Areal Tambang    : 1,8 Juta hektare
PKP2B        : 23 Perusahaan
KP            : 380 Perusahaan
HPH            : 261,9 Ribu hektare
HTI            : 685,7 Ribu hektare