Friday, August 15, 2008

Udang di Muara Menghilang

Minggu, 10-08-2008 | 00:30:50

Batu Bara Cemari Pesisir
PELAIHARI, BPOST
- Usaha melaut para nelayan di Desa Muara Asam Asam Kecamatan Jorong terus menyusut selama dua tahun terakhir. Nelayan menduga hal itu akibat tercemarnya lautan di wilayah mereka oleh batu bara.

Kades Muara Asam Asam, Zainuddin menuturkan, dua tahun lalu berjarak tiga mil laut dari pesisir desanya ada sebuah tongkang (Mega 08 Ex Em2) yang labuh. Batu baranya tumpah dan berhamburan ke laut akibat terjangan gelombang besar. Fisik tongkang rusak berat, terbelah menjadi dua bagian.

"Sejak saat itulah hasil tangkapan nelayan turun dan terus menurun hingga sekarang. Kondisi saat ini terasa kian parah, nelayan sering merugi, pulang tanpa membawa ikan," beber Zainuddin via telepon.

Sebelum terjadinya pencemaran batu bara tersebut, lanjutnya, populasi ikan di wilayah pesisir lautan setempat cukup banyak. Udang misalnya, ada beberapa jenis, seperti brown dan tiger yang menjadi tangkapan utama nelayan kala itu.

"Ikan-ikan, termasuk udang, tak mau lagi hidup di lautan di sini karena adanya pencemaran batu bara itu. Bahkan, dampaknya juga dirasakan nelayan di desa tetangga yakni di Desa Swarangan. Nelayan di sana juga banyak yang mengeluh karena sepinya tangkapan," sebut Zainuddin.

Pemilik tongkang tersebut hingga kini masih misterius. Pihaknya telah berusaha mencari pemiliknya hingga ke Kaltim yang rencananya dimintai pertanggungjawaban atas pencemaran tersebut, tak membuahkan hasil.

"Tiba-tiba, tiga hari lalu ada pihak yang mengaku dari Asuransi menarik tongkang itu ke Banjarmasin. Ini yang meresahkan nelayan di sini. Pasalnya, tongkang itu merupakan jaminan bagi nelayan untuk meminta kompensasi atas kerugian yang dialami, terutama nelayan yang kapalnya rusak berat lantaran menabrak tongkang itu," beber Zainuddin.

Sedikitnya ada tiga nelayan yang kapalnya tenggelam akibat menabrak tongkang tersebut. Musibah itu terjadi tak lama sejak sandarnya tongkang tersebut dua tahun lalu. Akibat tak punya sarana peneranagan yang memadai, ketika pulang malam hari kapal nelayan membentur tongkang.

Tongkang itu sendiri, sebut Zainuddin, nilainya ditaksir mencapai Rp 3 miliar. Nelayan muara Asam Asam dan Swarangan hanya ingin meminta Rp 500 juta sebagai kompensasi atas kerusakan kapal dan sepinya tangkapan akibat pencemaran batu bara.

Namun, harapan memperoleh kompensasi itu kini hanya tinggal kenangan. "Nelayan di desa kami sekarang resah, Pak. Kemana kami mengadu? Tidak mungkin kan saya yang harus menanggung kerusakan kapal mereka akibat menabrak tongkang itu," Keluh Zainuddin. (roy)