Wednesday, April 04, 2007

Tambang Bijih Besi Bakal Ditutup

Kamis, 15 Maret 2007 01:26

Pelaihari, BPost
Sejumlah lokasi penambangan bijih besi di wilayah Kecamatan Pelaihari kini dalam sorotan serius. Badan Pengawas (BP) PD Baratala Tuntung Pandang bersama Kantor Lingkungan Hidup Tala sedang merumuskan langkah eksekusi.

Gua Marmer Terancam

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tala adalah salah satu pihak yang dirugikan atas intensnya penambangan bijih besi. Putusnya jalan menuju objek wisata Gua Marmer di Desa Sungai Bakar akibat aktivitas tambang menjadi buktinya.

Objek wisata itu sejak beberapa tahun terakhir memang kurang terkelola. Namun Dinas Pariwisata berencana akan menata dan menghidupakannya kembali. Akan, tetapi niat ini urung terlaksana menyusul intensnya penambangan hingga mencabik-cabik badan jalan tanah menuju objek wisata khas itu.

Tidak hanya itu, penambang memajang portal besi di pintu masuk yang berjarak ratusan meter dari gua marmer. Praktis, objek wisata alamiah itu menjadi mati suri.

Kadisparbud Tala HM Syamsul Fajeri mengaku bersyukur jika tambang bijih besi di wilayah Sungai Bakar bakal ditutup. Apalagi, laporan yang diterimanya penambangan semakin mendekati tebing gua.

"Syukurlah jika ada rencana begitu. Tapi, bagi saya, bagaimana agar dua-duanya bisa jalan. Tambang jalan dan objek wisata Gua Marmer tak terganggu." idda royani

Ketua BP PD Baratala Nurtumai Irian Bari mengatakan tindakan tegas tersebut diperlukan mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan. Di antaranya kerusakan parah badan jalan kabupaten/provinsi, rusak aliran dan tercemarnya air, tanah longsor, hingga terganggunya objek wisata.

Dampak tersebut, sebut Tumai, terutama di sekitar lokasi tambang bijih besi di Desa Sungai Bakar Kecamatan Pelaihari. Ada tujuh perusahaan pemegang surat perintah kerja (SPK) dari PD Baratala yang beroperasi di situ.

Akibat pola penambangan yang tidak profesional, aliran air di pegunungan menjadi rusak karena acapkali ditutup jembatan tanpa dipasang gorong-gorong atau sejenisnya. Lebih parah lagi, air tercemar padahal di bagian hilir dimanfaatkan sebagai bahan baku oleh PDAM Pelaihari.

Yang lebih ironis, jalan menuju objek wisata gua marmer ditutup (dipajangi portal besi) oleh penambang. Tidak hanya itu, penambangan mulai mendekati tebing gua marmer. Kontribusi (PAD) yang didapat pemkab juga sangat minim. Sementara kerusakan fisik yang ditimbulkan mencapai miliaran rupiah.

"Karena itu, kami bersama Kantor LH sudah sepakat untuk meninjau ulang penambangan bijih besi di wilayah Pelaihari. Termasuk ditinjau aspek untung ruginya bagi daerah. Terutama terhadap tambang di Sungai Bakar, karena lokasinya masuk kawasan hutan," tukas Tumai, Rabu (14/3).

Solusinya hanya ada dua alternatif, sebut Tumai. Ditutup sama sekali atau mengerucutkan menjadi hanya satu penambang. Dipilih penambang yang benar-benar profesional, yang memiliki desain tambang secara lengkap dan mampu mengaplikasinya sehingga risiko dampak negatif bisa diminimalisasi.

Kepala Kantor Lingkungan Hidup Ir Zulkifli Chalid mengatakan aktivitas tambang bijih besi di Tala memang banyak menimbulkan dampak lingkungan, seperti, tingginya kekeruhan di Sungai Tabonio. Karena itu pihaknya mendukung penataan kembali tambang bijih besi, termasuk kemungkinan penutupan.roy