Selasa, 06 Maret 2007 01:21
* Warung di Sungai Danau banyak tutup
Batulicin, BPost
Penutupan sekitar 80 perusahaan kuasa pertambangan (KP) sejak tiga bulan lalu, berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan.
Direktur PT Kamika Gawi Sabumi H Rusliansyah, mengatakan, rata-rata perusahaan batu bara di Kalsel memiliki 100-150 karyawan. Akibat penutupan itu separo karyawan terpaksa menganggur.
"Jika dikalkulasi sekitar 5.000 karyawan menganggur akibat penutupan itu," katanya, akhir pekan tadi.
Sejak adanya kebijakan dari Pemprov Kalsel, seluruh KP yang berada di lokasi kehutanan atau melakukan pinjam pakai lahan harus melengkapi prosedur, praktis kegiatan pertambangan kini tutup total.
Menurutnya, hingga kini belum ada jawaban dari pemerintah pusat, tentang persyaratan yang telah diajukan, padahal waktunya sudah cukup lama, tiga bulan.
Lamanya proses pengurusan izin untuk kembali melakukan kegiatan penambangan tersebut, tambahnya, membuat perusahaan tidak lagi mampu menggaji karyawan, sehingga dilakukan PHK.
Diungkapkannya, kini Sungai Danau, Tanah Bumbu yang merupakan sentral pertambangan batu bara di Kalsel sangat sepi. Bukan hanya karyawan yang kehilangan mata pencaharian, warung-warung di sana pun banyak yang tak beroperasi.
"Kalau saya masih berusaha mempertahankan 60 karyawan dari sekitar 150 karyawan, namun saat ini kondisinya juga sudah sangat berat," katanya.
Agar para karyawan tetap bekerja dan mencukupi kebutuhan sehari-hari, tambahnya, perusahaan berusaha ikut menambang di daerah Pengaron Kabupaten Banjar, yang lokasinya tidak berada di lahan hutan.
Namun karena cuaca yang tidak mendukung, perusahaan justru rugi lebih besar, produksi per bulan yang seharusnya bisa mencapai 30 ribu ton, kini sudah 1,5 bulan lebih produksi baru mencapai tiga ribu ton.
Kondisi tersebut, katanya, diperparah dengan beban perusahaan yang setiap bulan harus membayar leasing alat berat yang mencapai Rp400 juta ditambah dengan gaji karyawan Rp150 juta per bulan.
Jumlah tersebut, katanya, belum ditambah dengan beban lain-lain yang kemungkinan, totalnya bisa mencapai Rp2 miliar.
"Saya saat ini nggak bisa ke mana-mana, lebih banyak di kamar saja, kalau ke kantor sakit kepala," katanya menggambarkan bagaimana kondisi pengusaha batu bara lokal pascapenutupan tambang.
Menurutnya, seluruh pemilik KP sangat berharap, pemerintah kembali memberi kesempatan kepada penambang lokal untuk bekerja, minimal dalam jangka waktu satu tahun k e depan, untuk melunasi beban yang kini ditanggung. ant