Senin, 16 April 2007 01:49
* PT KS pinjam Rp5,4 miliar
* Sedot 200 lebih tenaga kerja
Jakarta, BPost
PT Karakatau Steel (PT KS) dan PT Bank Negara Indonesia telah melakukan negosiasi pinjaman sebesar 60 juta dolar AS atau Rp5,4 miliar sebagai pendanaan awal membangun pabrik baja di Kalsel.
Dirut BNI Sigit Pramono mengatakan proposal yang diajukan oleh PT KS sedang dipelajari. "Memang ada proposal dari PT KS dan kalau untuk jumlah sebesar itu saya rasa kami mampu membiayai," ujarnya, Minggu (15/4).
Komisaris Utama PT KS, Amir Sambodo mengatakan pendanaan tersebut untuk mengembangkan pabrik baja di Kalsel yang mempunyai kapasitas produksi 300.000 ton.
Pada tahun ini perseroan berencana meningkatkan nilai penjualan produk baja di pasar domestik menjadi Rp11,57 triliun dibandingkan tahun lalu yang cuma Rp9,66 triliun. Amir juga menjelaskan perseroan sedang mematangkan persiapan untuk masuk ke pasar modal. ]
Sementara itu PT KS memantapkan rencana ekspansi investasinya di Kalsel setelah melakukan pertemuan dengan Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin untuk memantapkan rencana ekspansi investasinya.
Namun, Rudy membantah informasi yang didapat wartawan tentang penundaan rencana invesatasi PT KS di Kalsel terkait kendala ketersediaan lahan.
"Saya belum mendengar kabar tentang kendala investasi PT KS di Kalsel, kami akan segera melakukan pertemuan dalam waktu dekat ini," kata Rudy.
Rencana ekspansi PT KS di Kalsel tertunda karena sebagian besar lahan di Kalsel yang akan dimanfaatkan untuk pendirian perusahaan baja tersebut telah dikuasai oleh perusahaan pertambangan.
Akibatnya, PT KS kesulitan untuk mendapatkan lokasi yang tepat untuk pembangunan pabrik baja sekala international nomor dua di Indonesia setelah di Cilegon Jawa Barat. Diperkirakan, pendirian pabrik tersebut akan mampu menyedot tidak kurang dari 200 karyawan baik dari pusat maupun daerah.
Menyambut rencana ekspansi perusahaan baja tersebut, tiga daerah, baik itu Tanah Bumbu (Tanbu), Kotabaru dan Tanah Laut (Tala) telah menawarkan diri untuk menjadi tempat berdirinya perusahaan tersebut.
Namun, hingga kini rencana investasi yang direncanakan mulai April ini belum menunjuk di mana lokasi pendirian pabrik yang akan banyak memanfaatkan hasil tambang tersebut.
Sementara, Gubernur juga telah meminta agar hasil tambang bijih besi yang menjadi bahan utama perusahaan tambang tersebut, tidak dijual sebagai bahan mentah. "Kita akan tinjau kembali himbauan agar bijih besi tidak dijual sebagai bahan mentah, tetapi harus diolah menjadi bahan setengah jadi," kata Rudy. bsc/klc
Copyright � 2003 Banjarmasin Post