Thursday, January 11, 2007

Abaikan Reklamasi

Selasa, 09 Januari 2007 02:19:03
BLASTING memang kerap menjadi pilihan perusahaan pertambangan di Kalsel. Selain cara ini dinilai paling efektif dan efisien, juga lebih murah karena biaya bahan bakar dan tingkat pemakaian alat jauh lebih hemat sekitar 50 persen. Sementara hasil yang didapatkan pun maksimal.

Namun di balik itu semua, ada bahaya yang sangat mengancam lingkungan dan penduduk sekitarnya dengan cara blasting ini. Menurut Ketua Walhi Kalsel Berry N Furqon, blasting itu akan mengakibatkan batuan dan tanah menjadi rapuh.

"Itu bukti kerusakan lingkungan. Sedikit saja ada guncangan, maka tanahnya akan longsor semua," ujarnya.

Yang paling mencemaskan, kata Berry, kontrol pemerintah terhadap perusahaan yang menggunakan model blasting ini masih kurang. Akibatnya, perusahaan cenderung mencari cara yang cepat dan murah guna meraih keuntungan lebih besar.

"Kuncinya pada kontrol pemerintah. Antara blasting dengan manual sama saja. Sama-sama menjadi Kalsel rawan bencana," ujarnya.

Keberadaan tambang batu bara di Kalsel, kata Berry, lebih banyak memberikan kerugian daripada keuntungannya. Karena hasil pertambangan masih lebih banyak disetor ke pemerintah pusat daripada yang dinikmati masyarakat. Terbukti, sampai sekarang pelayanan pendidikan dan kesehatan masih mahal.

Sebelum ada tambang, katanya, masyarakat bisa berkebun dan menikmati hasil hutan seperti karet dan sawit. Sekarang, sejak adanya tambang masyrakat tidak bisa lagi berkebun.

"Kalau pertambangan memberi andil pada daerah, buktinya apa? Yang ada warga’ khususnya warga sekitar pertambangan makin sengsara," ujarnya.

Hal senada disampaikan anggota DPRD Kalsel, Syaifullah Tamliha. Menurutnya, apa yang telah dilakukan perusahaan tambang batu bara terhadap bumi Kalsel selama ini sama sekali tidak sebanding dengan apa yang telah mereka diberikan untuk masyarakat Kalsel.

"Buktinya, kemakmuran masyarakat di sekitar tambang belum meningkat. Jangankan untuk meningkatkan, mendorong saja belum bisa," ujarnya.

Belum lagi dengan kerusakan dan dampak lingkungan yang harus dipikul oleh masyarakat Kalsel. "Banjir sudah sering terjadi melanda daerah di Kalsel, mau bukti apa lagi," tanyanya.

Politisi PPP ini juga mengungkapkan pertambangan terbuka, yang selama ini digunakan pada proses penambangan batu bara, menghasilkan lubang besar dipermukaan tanah.

"Berdasarkan penelitian, lubang sisa penggalian harus ditutup kembali seperti semula, dan semua panambang mengetahui hal itu. Tapi mana nyatanya, sisa lubang penggalian ditinggalkan begitu saja menganga di berbagai lokasi tambang. Itu menandakan tanggung jawab untuk melaksanakan reklamasi tidak ada," jelasnya.coi/ck6

Copyright © 2003 Banjarmasin Post